Reporter: Barratut Taqiyyah | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Pada perdagangan Kamis (8/9), indeks Dow Jones ditutup turun 119 point (1,04%) ke level 11.295,81. Peurunan terjadi setelah Pimpinan Bank Sentral AS Ben S. Bernanke, menolak menjelaskan detail rencana the Fed untuk menggairahkan kembali perekonomian negara tersebut.
Sementara, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kemarin (8/9) ditutup naik tipis 4 point (0,09%) ke level 4.005,39 menyusul keluarnya data tingkat suku bunga Bank Indonesia (BI) yang tetap berada di level 6,75%.
Investor asing tercatat melakukan net buy pada pasar regular sebesar Rp 523 miliar dengan saham-saham yang paling banyak di beli antara lain BMRI, BBRI, ASII, LPKR, dan UNTR.
"Secara teknikal, IHSG akhirnya bergerak menguat tipis setelah tidak mampu menembus resistance-nya di level 4.020," jelas Kepala Riset eTrading Securities Betrand Reynaldi.
Dia menambahkan, candlestick membentuk pola spinning top yang mengidikasikan adanya potensi bearish reversal setelah IHSG bergerak menguat sepanjang minggu ini. Selain itu, MA5 dan MA20 berhasil membuat golden cross, namun perlu diwaspadai melihat indikator stochastic yang mulai memasuki area overbought dan RSI yang telah bergerak melandai.
Betrand meramal, pada perdagangan hari ini (9/9), IHSG diperkirakan akan bergerak mixed pada kisaran 3.954-4.034 dengan saham-saham yang dapat diperhatikan adalah ICBP dan ASGR.
Sementara, Managing Research Indosurya Asset Management Reza Priyambada memprediksi, pada perdagangan hari ini diperkirakan IHSG akan berada pada support 3.958-3.982 dan resistance 4.025-4.045.
Reza juga melihat, secara teknikal, IHSG membentuk spinning tops di posisi atas yang menandakan akan adanya reversal. "Hal ini wajar karena setelah menguat kencang di hari sebelumnya, IHSG seperti biasa akan mengalami technical correction," jelasnya.
Selain itu, lanjut Reza, respon negatif investor terhadap belum adanya kebijakan lanjutan AS ditandai dengan melemahnya bursa Wall Street. "Hal ini bisa mempengaruhi perdagangan saham hari ini. Investor harus mewaspadai aksi profit taking yang kemungkinan masih akan berlanjut." jelasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News