Reporter: Wahyu Tri Rahmawati | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Wall Street dibuka lebih rendah pada hari perdagangan terakhir tahun 2022. Tahun ini merupakan tahun roller-coaster yang ditandai dengan kenaikan suku bunga yang agresif untuk mengekang inflasi, perang Rusia-Ukraina dan kekhawatiran resesi.
Jumat (30/12) pukul 21.36 WIB, Dow Jones Industrial Average turun 0,36% ke 33.100. Indeks S&P 500 melorot 0,56% ke 3.827. Sedangkan Nasdaq Composite merosot 0,84% ke 10.390.
Tiga indeks utama ditetapkan untuk penurunan tahunan pertama mereka setelah tiga tahun berturut-turut naik. Penurunan pasar saham Amerika Serikat (AS) disebabkan oleh laju kenaikan suku bunga tercepat Federal Reserve sejak 1980-an. The Fed mengerek suku bunga dengan agresif untuk menjinakkan harga yang melonjak. Tahun ini menjadi akhir suku bunga murah secara global.
Investor menghindari taruhan berisiko dan melarikan diri ke aset yang lebih aman seperti dolar AS. Aksi investor menekan indeks acuan S&P 500 turun 19% dan Nasdaq turun 33% tahun ini. Kedua indeks berada di jalur penurunan tahunan terbesar sejak krisis keuangan 2008.
Baca Juga: Valuasi IHSG Berpotensi Disusul China dan Hong Kong di 2023
Fokus pasar telah bergeser ke prospek pendapatan perusahaan pada tahun 2023. Investor semakin khawatir tentang kemungkinan penurunan ekonomi yang tajam akibat kenaikan suku bunga.
"Ekonomi akan bergerak turun karena suku bunga naik terlalu banyak. Jadi, pada saat kita beberapa minggu (memasuki tahun 2023), kita akan mulai mendapatkan beberapa peringatan pendapatan," kata Dennis Dick, analis dan pedagang struktur pasar di Triple D Trading kepada Reuters.
Dia memperkirakan semester kedua tahun 2023 akan lebih baik karena The Fed akan berhenti menaikkan suku bunga. Bahkan, dia memperkirakan bank sentral AS akan mulai membicarakan penurunan suku bunga pada saat itu.
Indeks utama Wall Street ditutup lebih tinggi pada hari Kamis setelah data pengangguran mengisyaratkan pengetatan kebijakan Fed mulai berdampak pada pasar tenaga kerja AS. Tapi tanda-tanda ketahanan ekonomi AS telah memicu kekhawatiran bahwa suku bunga bisa tetap lebih tinggi lebih lama meskipun tekanan inflasi berkurang telah membuat harapan bahwa Fed dapat mengurangi besaran kenaikan.
Baca Juga: Ini 10 Saham Dengan Kapitalisasi Terbesar BEI Akhir 2022, BYAN & ADRO Pendatang Baru
Sebagian besar saham teknologi dan pertumbuhan yang sensitif terhadap suku bunga seperti Apple Inc, Amazon.com Inc, Alphabet Inc, dan Meta Platforms Inc turun antara 0,9% dan 1,2% dalam perdagangan premarket pada hari Jumat, karena kenaikan imbal hasil US Treasury.
Growth stock tertekan oleh kenaikan suku bunga di sebagian besar tahun 2022. Growth stocks berkinerja lebih rendah ketimbang value stock yang terkait dengan ekonomi di tahun ini.
S&P 500 growth index turun hampir 30% tahun ini. Sementara value index turun 7%. Investor lebih memilih sektor yang menghasilkan dividen tinggi dengan pendapatan stabil seperti energi.
Pelaku pasar uang melihat peluang 67% dari kenaikan suku bunga 25 basis points dalam pertemuan The Fed pada Februari 2023. Suku bunga diperkirakan akan mencapai puncaknya pada 4,96% di pertengahan tahun depan.
Baca Juga: IHSG Naik 4,09% Tahun Ini, Saham BYAN Jadi Leader Bursa, GOTO Top Laggard
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News