kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Wall Street tumbang lebih dari 7%, kekhawatiran resesi membayangi pasar keuangan


Selasa, 10 Maret 2020 / 06:08 WIB
Wall Street tumbang lebih dari 7%, kekhawatiran resesi membayangi pasar keuangan
ILUSTRASI. Wall Street mencetak penurunan terburuk sejak krisis finansial 2008 lalu.


Reporter: Wahyu Tri Rahmawati | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Wall Street mencetak penurunan terburuk sejak krisis finansial 2008 lalu. Penurunan tiga indeks utama Wall Street pada Senin (9/3) terjadi di tengah anjloknya harga minyak dunia dan masih adanya kekhawatiran penyebaran virus corona secara global.

Kemarin, Dow Jones Industrial Average merosot 7,79% atau 2.013 poin ke 23.851,02. Indeks S&P 500 juga anjlok 7,60% atau 225 poin ke 2.746,56. Sedangkan Nasdaq Composite melorot 7,29% atau 624 poin ke 7.950,68.

Kekhawatiran resesi akibat penurunan harga minyak dan virus corona memicu kepanikan investor. Bahkan, otoritas pasar modal sempat menghentikan perdagangan.

Indeks S&P turun lebih dari 20% dari rekor tertinggi yang tercatat pada 19 Februari lalu. Hal ini menunjukkan potensi bull yang sudah berakhir. Investor melihat penurunan 20% dari level tertinggi terakhir merupakan sinyal bear.

Baca Juga: Bursa saham AS rontok, Donald Trump salahkan Arab Saudi dan Rusia

"Äda banyak ketakutan di pasar dan jika harga minyak terus menurun, ini akan menjadi indikasi resesi global dalam waktu yang tidak lama lagi," kata Peter Cardillo, chief market economist Spartan Capital Securities kepada Reuters.

Indeks volatilitas CBOE yang mengukur kecemasan pasar pun mencapai level tertinggi sejak Desember 2008. Sementara yield obligasi negara Amerika Serikat (AS), US Treasury bertenor 10 tahun merosot ke 0,318% yang menunjukkan kenaikan harga dan perburuan investor di aset aman ini. Yield tersebut merupakan rekor terendah US Treasury 10 tahun.

Aksi jual dimulai sejak akhir pekan setelah kesepakatan OPEC+ bubar. Arab Saudi dan Rusia tidak mencapai kesepakatan. Kedua negara mengatakan akan meningkatkan produksi di tengah pelemahan permintaan global akibat virus corona dan perlambatan ekonomi global.

Alhasil, harga minyak mencatat penurunan harian terbesar sejak perang Teluk 1991. Harga minyak brent berjangka turun 24,10% ke US$ 34,36 per barel dan harga minyak WTI untuk pengiriman April 2020 merosot 24,59% ke US$ 31,13 per barel.

Baca Juga: Sempat dihentikan, Wall Street tenggelam 7% akibat guncangan minyak

Sedangkan harga emas spot kemarin ditutup pada US$ 1.680,47 per ons troi. Penurunan harga minyak dan kenaikan harga emas pada penutupan perdagangan kemarin mengecil dari semula.

Boeing Co yang harga sahamnya terjun 13,4% menjadi saham pemberat Dow Jones. Harga saham produsen pesawat ini merosot setelah Federal Aviation Administration menolak proposal Boeing terkait sistem kabel di pesawat 737 MAX yang masih dikandangkan.

Harga saham Apple Inc turun 7,9% setelah rilis data penjualan smartphone di China bulan Februari yang turun 500.000.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×