kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,20   -16,32   -1.74%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Wall Street Menguat, Dow Jones dan S&P Naik Empat Hari Beruntun


Rabu, 30 Maret 2022 / 05:34 WIB
Wall Street Menguat, Dow Jones dan S&P Naik Empat Hari Beruntun
ILUSTRASI. Wall Street menguat pada Selasa (29/3) dengan Dow Jones dan S&P 500 mencatat kenaikan hari keempat berturut-turut.


Reporter: Wahyu Tri Rahmawati | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Wall Street menguat pada Selasa (29/3) dengan Dow Jones dan S&P 500 mencatat kenaikan hari keempat berturut-turut. Kenaikan pasar saham Amerika Serikat (AS) ditopang oleh optimisme kemajuan menuju kesepakatan untuk menyelesaikan konflik antara Rusia dan Ukraina.

Pada perdagangan yang berakhir pagi ini, Dow Jones Industrial Average naik 338,3 poin atau 0,97% menjadi 35.294,19. Indeks S&P 500 menguat 56,08 poin atau 1,23% menjadi 4.631,6. Nasdaq Composite bertambah 264,73 poin atau 1,84% menjadi 14.619,64.

Rusia berjanji untuk mengurangi operasi militer di sekitar Kyiv dan di utara Ukraina. Sementara Ukraina mengusulkan untuk mengadopsi status netral, tanda pertama kemajuan menuju perdamaian dalam beberapa minggu.

Baca Juga: Intip Sejumlah Saham yang Bisa Dicermati pada Perdagangan Rabu (30/3)

Harga minyak dan komoditas lainnya turun, membantu menenangkan kekhawatiran tentang kenaikan inflasi dan jalur kebijakan moneter oleh Federal Reserve yang telah mulai menaikkan suku bunga untuk memerangi kenaikan harga.

"Jika Anda melihat selama bulan perang ini telah berlangsung, pasar telah memperkirakan lebih banyak berita buruk daripada berita baik," kata Art Hogan, kepala strategi pasar di National Securities di New York seperti dikutip Reuters.

Setelah awal tahun yang suram di pasar saham, indeks acuan sekarang turun kurang dari 3% pada tahun ini. Namun, ada tanda-tanda kegugupan pasar bahwa The Fed dapat membuat kesalahan kebijakan yang mengarah pada perlambatan bahkan resesi karena kurva imbal hasil US Treasury 2 tahun dan 10 tahun terbalik untuk pertama kalinya sejak September. 2019. 

Artinya, yield US Treasury tenor 2 tahun lebih tinggi ketimbang yield 10 tahun. Menurut data Bloomberg, yield US Treasury tenor 2 tahun berada di 2,38%. Sedangkan yield US Treasury tenor 10 tahun berada di 2,39% pada penutupan perdagangan kemarin.

Baca Juga: Rupiah Diprediksi Melemah Pada Rabu (30/3), Dipicu Sentimen Eksternal

"Secara historis, semua resesi didahului oleh inversi US Treasury 2 tahun dan 10 tahun, tetapi tidak semua inversi menghasilkan resesi," kata Ellis Phifer, direktur pelaksana, fixed income research Raymond James di Memphis, Tennessee.

Setelah merosot lebih dari 2% pada hari Senin, indeks energi S&P adalah satu-satunya sektor yang turun karena harga minyak mentah turun lebih dari 1%.

Meski ada lonjakan inflasi baru-baru ini, data pada hari Selasa menunjukkan kepercayaan konsumen AS bulan Maret pulih dari level terendah dalam satu tahun terakhir. Sementara lingkungan tenaga kerja saat ini mendukung pekerja.

Sektor real estat naik hampir 3% dan mencatat kenaikan tertinggi. Ini mengindikasikan beberapa investor mungkin melihat inflasi tetap ada tetapi tidak ada resesi. Kenaikan indeks sektor real estate ini adalah persentase kenaikan harian terbesar sejak 28 Januari.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×