Reporter: Tendi Mahadi | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Perdagangan saham di Wall Street dibuka menguat pada hari Rabu yang melanjutkan periode positif di awal kuartal kedua. Optimisme kesepakatan dagang dengan Beijing dan laporan positif dari sektor industri semikonduktor menjadi bahan bakar utama.
Dilansir dari Reuters, pada pukul 11:37 waktu setempat indeks Dow Jones Industrial Average naik 77,51 poin, atau sebesar 0,30%, ke level 26.256,64. Sementara S&P 500 naik 16,11 poin atau 0,56%, ke 2.883,35. Sementara Nasdaq Composite naik 78,92 poin, atau 1,01%, ke level 7,927.61.
Sementara itu, saham produsen semikonduktor Advanced Micro Devices Inc melonjak 10,9%, dan saham Intel Corp naik 2,6% setelah Nomura Instinet merekomendasikan beli pada saham tersebut.
Saham dari perusahaan semikonduktor yang sangat bergantung pada China untuk pendapatan mereka, telah melonjak lebih dari 25% pada tahun ini di tengah optimisme tentang perdagangan Amerika Serikat dengan China dan pemulihan permintaan chip di negara tersebut.
Deretan reli tersebut menyusul pernyataan penasihat ekonomi Gedung Putih Larry Kudlow yang cenderung optimistis terkait pembicaraan perdagangan. Ia menyebut Beijing dan Washington berharap makin dekat dengan kesepakatan pada minggu ini.
"Fakta bahwa kesepakatan perdagangan telah makin dekat membantu mengangkat pasar," kata Peter Cardillo, kepala ekonom pasar di Spartan Capital Securities. Ia menyebut harapan akan kesepakatan perdagangan untuk segera terjadi akan mengurangi sejumlah kekhawatiran tentang ekonomi global maupun dalam negeri.
Di sisi lain, sejumlah data ekonomi Amerika Serikat justru berada memberikan kabar buruk. Institute for Supply Management mencatat PMI sektor jasa AS untuk bulan Maret berada di bawah perkiraan analis dan menjadi yang terendah sejak Agustus 2017.
Selain itu laporan Ketenagakerjaan Nasional menunjukkan pengusaha swasta AS hanya menambah 129.000 lapangan kerja selama Maret alias lagi-lagi di bawah perkiraan para ekonom.
Namun, kekhawatiran pertumbuhan ekonomi AS kalah pamor di mata investor dibanding data manufaktur dari China dan Amerika Serikat yang menunjukkan perbaikan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News