Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Wall Street ditutup melemah tajam pada hari Senin (11/4). Investor mengawali pekan yang dipersingkat liburan dalam suasana risk-off karena kenaikan imbal hasil obligasi membebani saham-saham berbasis pertumbuhan menjelang data inflasi penting.
Indeks Dow Jones Industrial Average turun 413,04 poin atau 1,19% menjadi 34.308,08, S&P 500 kehilangan 75,75 poin atau 1,69% menjadi 4.412,53, dan Nasdaq Composite turun 299,04 poin atau 2,18% menjadi 13.411,96.
Semua 11 sektor utama S&P 500 mengakhiri sesi dengan memerah, dengan saham energi menderita persentase kerugian terbesar.
Ketiga indeks saham acuan Amerika Serikat (AS) berakhir jauh di wilayah negatif, dengan saham teknologi menarik Nasdaq turun 2,2%.
"Ada dua jenis aksi jual dalam satu atau dua bulan terakhir," kata Peter Tuz, president of Chase Investment Counsel di Charlottesville, Virginia.
Baca Juga: Wall Street Tertekan di Awal Pekan Menjelang Musim Laporan Keuangan Kuartal I
"Ada peningkatan hasil yang terutama mempengaruhi saham teknologi dan pertumbuhan lainnya, dan kemudian ada penjualan resesi/perlambatan ekonomi yang mempengaruhi nama energi dan berbagai bahan.
"Hari ini kamu melihat keduanya."
Asal tahu, imbal hasil US Treasury 10-tahun melayang di dekat level tertinggi tiga tahun menjelang data inflasi utama yang diharapkan pada hari Selasa.
Federal Reserve telah berjanji untuk secara agresif mengatasi inflasi yang panas dan sebagian besar pelaku pasar mengharapkan serangkaian kenaikan suku bunga 50 basis poin dari bank sentral dalam beberapa bulan mendatang.
"Semua mata tertuju pada angka inflasi yang mungkin akan menjadi yang tertinggi dalam 40 tahun, yang dapat mendorong kenaikan suku bunga yang lebih tinggi dan lebih sering dari The Fed," tambah Tuz.
Baca Juga: Turun Dari Rekor, IHSG Berpotensi Lanjutkan Pelemahan Besok (12/4)
Laporan IHK Departemen Tenaga Kerja diharapkan pada hari Selasa untuk tanda-tanda gelombang inflasi telah mencapai puncaknya. Analis memperkirakan laporan tersebut akan menunjukkan pertumbuhan harga konsumen 8,5% (yoy), terpanas sejak 1981.
Perselisihan geopolitik yang sedang berlangsung juga membantu mendorong penerbangan ke tempat yang aman.
Ukraina mengatakan pihaknya memperkirakan Rusia akan meluncurkan serangan baru yang besar segera setelah konflik paling serius di Eropa sejak perang Balkan tahun 1990-an berlanjut, meskipun negosiasi damai sedang berlangsung.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News