Reporter: Wahyu Tri Rahmawati | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Wall Street melesat jelang akhir pekan. Tiga indeks utama pasar saham Amerika Serikat (AS) menguat pada perdagangan terakhir pekan ini. Data penjualan ritel yang optimistis meredakan kekhawatiran tentang perlambatan ekonomi.
Jumat (15/7) pukul 21.23 WIB, Dow Jones Industrial Average melesat 1,74% ke 31.163. Indeks S&P 500 menguat 1,17% ke 3.835. Sedangkan Nasdaq Composite naik 1,06% ke 11.372.
Sementara harga saham Citigroup melonjak setelah merilis kinerja kuartal kedua. Harga saham bank terbesar ketiga AS melonjak 4,9% pada pra-perdagangan karena aktivitas perdagangan yang kuat di kuartal kedua membantu mengimbangi kemerosotan bisnis bank investasi. Sedangkan harga saham Wells Fargo turun 0,7% karena penyisihan kerugian yang lebih besar.
Baca Juga: Rupiah Melemah 0,12% Dalam Sepekan Akibat Tingginya Inflasi AS
Penjualan ritel AS meningkat lebih dari yang diharapkan pada bulan Juni. Peningkatan ini terutama ditopang pembelian kendaraan bermotor dan berbagai barang lainnya bahkan ketika mereka membayar lebih untuk bensin.
Menenangkan kegelisahan pasar setelah data inflasi Juni yang lebih tinggi ketimbang prediksi, dua pejabat The Fed yang paling hawkish pada hari Kamis mengatakan mereka menyukai kenaikan suku bunga 75 bps lagi pada pertemuan kebijakan bank sentral AS bulan ini.
"Perdebatan kenaikan suku bunga sebesar 100 basis poin membuat pasar gelisah," kata Peter Cardillo, kepala ekonom pasar di Spartan Capital Securities kepada Reuters.
Baca Juga: Melorot 1,31% Sepekan, IHSG Diproyeksi Tertekan Lagi Pekan Depan
Para trader Wall Street memperkirakan kenaikan suku bunga 75 basis poin (bps) pada pertemuan kebijakan Fed yang dijadwalkan pada 26-27 Juli. Tapi, peluang kenaikan suku bunga 100 bps muncul baru-baru ini. Fedwatch grup CME menunjukkan peluang 65% kenaikan suku bunga 100 bps penuh pada akhir bulan ini.
Kekhawatiran resesi telah mendorong indeks acuan turun 20,5% di tengah pelarian ke aset yang lebih aman. Para trader saham khawatir pada pengetatan kebijakan yang agresif, inflasi, dan pendapatan perusahaan mengecewakan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News