Sumber: Reuters | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Wall Street kembali ditutup menguat untuk hari kedua berturut-turut berkat kenaikan pada saham teknologi dan energi. Namun, peringatan Target Corp tentang kelebihan persediaan membebani saham ritel untuk sebagian besar sesi kali ini.
Selasa (7/6), indeks Dow Jones Industrial Average naik 264,36 poin atau 0,8% menjadi 33.180,14, indeks S&P 500 menguat 39,25 poin atau 0,95% ke 4.160,68 dan indeks Nasdaq Composite menguat 113,86 poin atau 0,94% ke 12.175,23.
Pada sesi kali ini, saham Apple Inc melesat 1,8% meskipun ada berita pada hari sebelumnya bahwa perusahaan harus mengubah konektor pada iPhone yang dijual di Eropa pada tahun 2024 setelah negara-negara UE dan anggota parlemen menyetujui satu port pengisian daya untuk ponsel, tablet, dan kamera.
Indeks teknologi pada S&P 500 naik 1% dan memberi dorongan terbesar pada indeks acuan. Di mana, Saham Microsoft Corp melesat 1,4%.
Baca Juga: Wall Street Tertekan Kekhawatiran Inflasi AS
Di sisi lain, indeks sektor energi S&P 500 juga melonjak 3,1% menjadi berakhir pada level tertinggi sejak 2014, dengan harga minyak yang melonjak tajam.
Pada saat yang sama, saham Target Corp turun 2,3% setelah perusahaan pengecer tersebut mengatakan harus menawarkan diskon yang lebih dalam dan mengurangi stok barang-barang pilihan.
Sebenarnya, pada sesi kali ini cenderung berombak setelah bursa saham Amerika Serikat (AS) turun di awal perdagangan, tetapi pasar telah pulih dari kerugian tajam baru-baru ini.
Baru-baru ini, "kami mengalami lonjakan yang bagus ... dan secara umum investor merasa lebih baik sekarang. Tapi kami sangat berada di pasar jungkat-jungkit seperti yang telah kami lihat sepanjang tahun," kata Tim Ghriskey, Senior Portfolio Strategist Ingalls & Snyder di New York.
"Pada titik tertentu, kami akan mencapai titik terendah, dan pasar akan bergerak lebih tinggi. Kami sulit percaya bahwa itu dalam waktu dekat, mengingat sejumlah masalah mendasar yang menaungi pasar," lanjut Ghriskey.
"Tetapi tentu saja apa yang kita lihat hari ini dari Target bukanlah kabar baik bagi konsumen," tegas dia.
Baca Juga: Meski Ada Larangan Ekspor, Harga Ayam di Malaysia Tak Kunjung Turun
Namun, imbal hasil US Treasury jatuh setelah berita Target, karena memicu beberapa spekulasi bahwa inflasi terburuk mungkin terjadi di masa lalu.
Pada sesi ini, saham Walmart pun turun 1,2%, dan indeks ritel S&P terkikis 1%.
Data harga konsumen pada hari Jumat diperkirakan menunjukkan bahwa inflasi tetap tinggi di bulan Mei, meskipun harga konsumen inti, yang mengecualikan sektor makanan dan energi yang bergejolak, kemungkinan turun secara tahunan.
Tidak semua pengecer berada di zona merah. Saham Kohl's Corp sukses melonjak 9,5% setelah berita jaringan department store memasuki pembicaraan eksklusif dengan operator toko ritel Franchise Group Inc mengenai penjualan potensial yang akan bernilai hampir US$ 8 miliar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News