Reporter: Wahyu Tri Rahmawati | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Wall Street melemah di awal perdagangan Selasa (7/6). Pukul 21.25 WIB, Dow Jones Industrial Average turun 0,54% ke 32.733. Indeks S&P 500 melemah 0,52% ke 4.099. Sedangkan Nasdaq Composite turun 0,39% ke 12.015.
Salah satu kabar buruk datang dari prediksi margin kuartalan yang lebih rendah dari Target Corp. Pernyataan peritel ini meningkatkan kekhawatiran tentang perlambatan permintaan di tengah inflasi tinggi dan menyeret turun saham ritel. Harga saham Target turun 7,6% dalam perdagangan premarket.
Target menyebut harus menawarkan diskon yang lebih dalam dan mengurangi stok barang-barang diskresioner dengan margin lebih tinggi. Harga saham peritel lainnya, Walmart Inc turun 3%. Sementara harga saham Nordstrom Inc, Macy's Inc, Dollar General, Costco dan Best Buy Co Inc, turun antara 1,5% dan 3,5%.
Baca Juga: IHSG Menguat Hari Ini, Berikut Proyeksinya untuk Perdagangan Rabu (8/6)
"Ketika inflasi meningkat dan permintaan mendingin, Anda mendapatkan tekanan margin. Ini sudah terjadi di angka kuartal pertama dan sekarang kami mendapatkan lebih banyak indikasi bahwa itu tekanan lanjutan, bukan hanya satu kuartal," kata Andrea Cicione, kepala strategi di TS Lombard.
Saham pertumbuhan megacap juga turun, tertekan oleh imbal hasil Treasury AS, yang melayang di dekat level tertinggi dalam 3,5 pekan. Harga saham Tesla Inc dan Amazon.com masing-masing turun 2,6%.
Baca Juga: Rupiah Diperkirakan Masih Bergerak Melemah Pada Rabu (8/6)
Inflasi yang tinggi dapat meningkatkan ekspektasi bahwa The Fed akan terus menaikkan suku bunga secara agresif di paruh kedua tahun ini pada saat pasar tenaga kerja meningkat dan belanja konsumen kokoh. Pasar keuangan memperkirakan kenaikan suku bunga 50 basis poin minggu depan, diikuti oleh besaran yang sama pada Juli dan mungkin pada bulan September.
Pasar saham global juga turun karena kejutan kenaikan suku bunga 50 basis poin di Australia menimbulkan kekhawatiran atas pengetatan kebijakan. Sementara harga minyak melayang tepat di bawah US$ 120 per barel.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News