Sumber: Reuters | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Wall Street melemah di penutupan akhir pekan ini. Bahkan indeks S&P 500 gagal mencetak rekor tertinggi baru setelah terseret data ekonomi Amerika Serikat (AS) yang menambah ketidakpastian atas pemulihan ekonomi akibat pandemi virus corona.
Jumat (14/8), indeks Dow Jones Industrial Average naik 34,3 poin atau 0,12% menjadi 27.931,02 dan indeks S&P 500 turun 0,58 poin, atau 0,02% ke 3.372,85 serta Nasdaq Composite melemah 23,20 poin atau 0,21% menjadi 11.019,30.
Walau cenderung melemah, namun dalam sepekan Wall Street masih berada di zona hijau. Di mana, S&P 500 naik 0,6%, Dow Jones bertambah 1,8% dan Nasdaq naik 0,1%.
Baca Juga: Wall Street terpukul penjualan retail dan pembicaraan stimulus yang mandek
Langkah-langkah stimulus agresif yang didorong oleh pemerintah AS telah membantu tiga indeks saham utama di Negeri Paman Sam bangkit kembali dari kejatuhan akibat virus corona pada bulan Maret. Indeks S&P 500 sempat terlihat menguat 0,15% pada perdagangan akhir pekan ini ke level 3.378,51. Namun, jelang penutupan, kembali melemah dan akhirnya ditutup turun tipis.
Pada hari Rabu dan Kamis, S&P 500 diperdagangkan sebentar di atas rekor penutupan yang terjadi pada 19 Februari 2020 yakni di 3.386,15.
"Untuk kembali kembali ke level tertinggi dibutuhkan beberapa upaya sebelum akhirnya terbuka lagi," kata Sam Stovall, Chief Investment Strategist CFRA Research di New York.
"Saat ini pergerakan standar karena masih mendekati, tetapi belum menembus rekor tertinggi, dan masih butuh beberapa upaya lagi sebelum rekornya dipecahkan," lanjut Stovall, terkait kemungkinan indeks S&P 500 kembali mencetak rekor tertingginya.
Mencapai rekor penutupan akan mengonfirmasi, menurut definisi yang diterima secara luas, bahwa S&P 500 memasuki pasar bull baru setelah mencapai titik terendah pandemi pada 23 Maret.
Investor juga mungkin berhenti setelah kemajuan besar di pasar saham, terlebih mulai banyak ketidakpastian untuk membuat investor berhati-hati.
"Masih banyak ketidakpastian terkait dengan perekonomian secara keseluruhan, serta peningkatan jumlah kasus yang telah kami lihat selama sebulan terakhir ini," kata Brian Price, Head of Investments Commonwealth Financial Network.
Baca Juga: Minggu terburuk, harga emas jatuh hampir 5%
Data penjualan ritel AS bulan Juli yang naik kurang dari yang diharapkan menjadi salah satu pemberat. Ini semakin menambah ketidakpastian terhadap pemulihan ekonomi Negeri Paman Sam. Data Departemen Perdagangan menunjukkan bahwa penjualan ritel naik 1,2% bulan lalu setelah melonjak 8,4% di bulan Juni. Sebelumnya para ekonom memprediksikan penjualan ritel akan naik 1,9%.
Bahkan, penjual ritel diramal dapat turun lagi di tengah meningkatnya kasus Covid-19 dan pengurangan tambahan pemberian tunjangan bagi pengangguran.
Secara terpisah, pembacaan menunjukkan bahwa output pabrik AS meningkat lebih dari yang diharapkan pada bulan Juli tetapi tetap di bawah level pra-pandemi sementara sentimen konsumen sebagian besar stabil pada paruh pertama Agustus.
Menambah ketidakpastian baru-baru ini, prospek lebih banyak bantuan fiskal kembali pudar. Ini terjadi karena Senat dan Dewan Perwakilan Rakyat dalam masa reses dan tidak ada pembicaraan baru yang dijadwalkan.
Pemilihan presiden AS yang akan datang menambah kehati-hatian, bersama dengan wabah virus yang terus berlanjut di beberapa bagian AS.
Baca Juga: Ini konsep perang baru Amerika Serikat: Tidak ada garis di medan tempur
Applied Materials Inc naik 3,9% setelah memperkirakan pendapatan kuartal keempat di atas perkiraan analis menyusul rebound dalam permintaan untuk peralatan dan layanan chip.
Saham perusahaan bioteknologi Jerman CureVac BV melonjak dalam debutnya di Nasdaq, menandai peluncuran pasar saham pertama oleh perusahaan yang mengembangkan vaksin potensial untuk virus corona baru.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News