Reporter: Herlina KD | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Wall Street masih dalam tren menurun meski beberapa indeks mampu selamat ke zona hijau dengan kenaikan tipis pada penutupan perdagangan Rabu (8/5). Benchmark S&P 500 turun tiga hari berturut-turut karena investor masih berhati-hati dengan perkembangan terakhir pembicaraan dagang antara Amerika Serikat dan China.
Dow Jones Industrial Average naik 2,24 poin atau 0,01% ke 25.967,33, S&P 500 turun 4,63 poin atau 0,16% ke 2.879,42 dan Nasdaq Composite turun 20,44 poin atau 0,26% ke 7.943,32.
Sejatinya, Wall Street sudah naik lebih tinggi di sebagian besar sesi perdagangan setelah juru bicara Gedung Putih Sarah Sanders mengatakan bahwa AS telah menerima indikasi dari China bahwa China ingin membuat kesepakatan perdagangan. Delegasi perundingan China yang dipimpin oleh Wakil Perdana Menteri China Liu He akan berkunjung ke Washington pada Kamis dan Jumat pekan ini.
Namun, pemerintah AS dalam keterangan resminya menyatakan akan menaikkan tarif barang-barang China senilai US$ 200 miliar menjadi 25% pada Jumat. Kementerian Perdagangan China kemudian mengatakan akan mengambil tindakan balasan jika AS menaikkan tarif.
Investor mengatakan, nada mixed dari perkembangan perundingan dagang ini mempersulit saham AS untuk mempertahankan relinya.
"30 menit terakhir menggambarkan bahwa orang-orang masih cenderung bearish pada pertengahan pekan," ujar Michael Antonelli, ahli strategi pasar Robert W.Baird di Milwaukee seperti dikutip Reuters.
S&P sempat naik pada sore hari, dimana sektor-sektor defensif seperti real estate dan layanan kesehatan mengkontribusi kenaikan indeks. Namun, sektor industri yang sensitif pada perdagangan sedikit berubah di akhir perdagangan, sementara penurunan saham Intel Corps menyeret penurunan saham sektor teknologi.
"Ini konsisten dengan orang-orang yang tidak yakin apa yang sebenarnya akan dihasilkan dari perundingan dagang di Washington pekan ini," ujar Keith Lerner, kepala strategi pasar SunTrust Advisory Services.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News