Sumber: Reuters | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Wall Street berakhir beragam setelah data harga konsumen Amerika Serikat (AS) untuk Januari 2023 menawarkan sedikit perubahan ekspektasi tentang langkah Federal Reserve ke depan dalam kenaikan suku bunga.
Selasa (14/2), indeks S&P 500 ditutup turun tipis 0,03% ke 4.136,17 dan indeks Dow Jones Industrial Average turun 0,46% menjadi 34.089,40. Berbeda, indeks Nasdaq Composite ditutup naik 0,57% ke 11.960,15.
Dari 11 indeks sektoral pada S&P 500, tujuh turun, yang dipimpin oleh sektor real estat yang anjlok 1,08%. Disusul penurunan 0,95% pada sektor bahan pokok konsumen.
Indeks kebijakan konsumen menguat 0,30%, terangkat oleh lonjakan hampir 8% pada saham Tesla Inc. Saham pembuat mobil listrik itu telah pulih lebih dari 60% pada tahun 2023 setelah kehilangan dua pertiga nilainya tahun lalu.
Bursa saham AS mendapat sentimen dari harga konsumen AS yang meningkat karena masyarakat Negeri Paman Sam terus dibebani oleh biaya perumahan sewa yang lebih tinggi. Itu menunjukkan bahwa The Fed akan mempertahankan perjuangannya melawan inflasi.
Baca Juga: Wall Street Turun pada Selasa (14/2) Setelah Angka Inflasi Bulanan AS Naik
"Inflasi tetap tinggi, meski tampaknya melambat," kata Terry Sandven, Chief Equity Strategist di US Bank Wealth Management di Minneapolis. "Melihat aksi harga hari ini, saya pikir mungkin ada sedikit aksi ambil untung karena laporan kinerja tahunan yang kuat."
Saat ini, pelaku pasar uang bertaruh pada setidaknya dua kenaikan suku bunga 25 basis poin lagi di tahun ini, dengan suku bunga terlihat memuncak pada level 5,28% di bulan Juli.
Juga menambah kecemasan investor adalah pernyataan hawkish oleh Presiden The Fed Richmond Thomas Barkin dan Presiden The Fed Dallas Lorie Logan. Barkin mengatakan, The Fed perlu memprioritaskan meredam inflasi daripada risiko terhadap pertumbuhan ekonomi AS.
Padahal, Wall Street memiliki awal yang optimistis untuk tahun ini, terangkat oleh minat baru pada saham-saham pertumbuhan yang bergejolak setelah mendapat pukulan telak di tahun 2022 karena The Fed menaikkan suku bunga secara agresif untuk mengendalikan inflasi yang curam.
Reli, bagaimanapun, terhenti minggu lalu menyusul tanda-tanda pasar tenaga kerja yang ketat dan komentar hawkish dari pembuat kebijakan The Fed.
Secara year to date, indeks S&P 500 sudah naik sekitar 8%, sementara Nasdaq Composite telah pulih sekitar 14%.
Investor akan mengamati dengan cermat data penjualan ritel bulan Januari pada hari Rabu untuk petunjuk belanja konsumen di tengah kekhawatiran perlambatan ekonomi.
Baca Juga: IDX Value30 Jadi Indeks Paling Jeblok, Terseret Penurunan Saham Komoditas
Saham Boeing Co naik 1,3% ke level tertinggi dalam lebih dari setahun setelah Air India meluncurkan kesepakatan untuk membeli 220 pesawat penumpangnya.
Di sisi lain, saham Coca-Cola Co tergelincir 1,7% meskipun perkiraan laba setahun penuh yang kuat.
Saham Marriott International naik 4% setelah operator hotel memperkirakan pendapatan kuartal pertama di atas perkiraan Wall Street karena mendapat keuntungan dari permintaan perjalanan yang kuat.
Palantir Technologies melonjak lebih dari 21% setelah perusahaan analitik data memperkirakan tahun pertama yang menguntungkan.
Berdasarkan data Refinitiv, lebih dari separuh perusahaan pada indeks S&P 500 yang telah melaporkan hasil, hampir 69% telah mengalahkan ekspektasi laba. Namun, analis memperkirakan pendapatan kuartal keempat turun 2,8% dari tahun sebelumnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News