kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Wall Street Ditutup Bervariasi: S&P 500 dan Dow Jones Menguat, Nasdaq Masih Melemah


Jumat, 02 September 2022 / 05:31 WIB
Wall Street Ditutup Bervariasi: S&P 500 dan Dow Jones Menguat, Nasdaq Masih Melemah
ILUSTRASI. Wall Street ditutup bervariasi dengan Dow Jones dan S&P 500 menghentikan pelemahan empat hari berturut-turutnya


Sumber: Reuters | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Wall Street ditutup bervariasi pada perdagangan kali ini. Di mana, indeks S&P 500 akhirnya menghentikan penurunan empat sesi berturut-turut dengan fokus investor beralih ke laporan utama pasar tenaga kerja yang akan dirilis hari Jumat (2/9).

Kamis (1/9), indeks Dow Jones Industrial Average ditutup naik 145,99 poin atau 0,46% menjadi 31.656,42, indeks S&P 500 juga menguat 11,85 poin atau 0,30% ke 3.966,85 dan Nasdaq Composite masih melemah 31,08 poin atau 0,26% ke 11.785,13.

Pada sesi kali ini, indeks S&P berhasil bangkit pada tahap akhir perdagangan setelah mencapai titik terendah di 3.903,65, mendekati apa yang dilihat beberapa analis sebagai level dukungan kuat untuk saham di 3.900.

Padahal indeks acuan S&P telah tersandung hampir 6% selama empat sesi sebelumnya. Hal tersebut dimulai setelah Ketua Federal Reserve Jerome Powell mengisyaratkan bahwa bank sentral akan tetap agresif menaikkan suku bunga untuk melawan inflasi bahkan setelah kenaikan berturut-turut sebesar 75 basis poin.

Baca Juga: Wall Street Melemah, Dipicu Meningkatnya Kekhawatiran Perlambatan Ekonomi

Walau S&P 500 ditutup naik, nadanya tetap defensif, dengan sektor layanan kesehatan naik 1,65%, dan utilitas yang naik 1,42%.

Sementara itu, sektor teknologi menjadi penahan kenaikan setelah turun 0,48%. Ini terjadi setelah saham pembuat chip ambles karena indeks semikonduktor Philadelphia turun 1,92%, dipimpin oleh penurunan 7,67% pada saham Nvidia, sebagai bobot terbesar di S&P 500, dan koreksi 2,99% pada saham Advanced Micro Devices setelah Amerika Serikat (AS) memberlakukan larangan ekspor pada beberapa chip AI teratas ke China.

Pada perdagangan kali ini, mayoritas saham melemah untuk sebagian besar sesi, setelah data menunjukkan klaim pengangguran mingguan turun lebih dari yang diharapkan ke level terendah dua bulan pekan lalu dan PHK turun pada Agustus.

Hal tersebut memberi The Fed bantalan untuk terus menaikkan suku bunga untuk memperlambat pasar tenaga kerja. Investor sekarang menunggu laporan nonfarm payrolls bulanan pada hari Jumat untuk bukti lebih lanjut di pasar tenaga kerja.

Ekonom yang disurvei oleh Reuters melihat peningkatan pekerjaan 300.000, sementara ekonom Wells Fargo Jay Bryson merevisi perkiraannya untuk data nonfarm payrolls menjadi 375.000 dari 325.000 dan ekonom Morgan Stanley Ellen Zentner memperkirakan data nonfarm payrol itu naik 350.000 di Agustus.

"Pasar hari ini adalah tentang besok pagi. Anda memiliki pasar yang oversold dan katalis untuk reli atau setidaknya tidak menjual akan menjadi laporan ketenagakerjaan yang lebih lemah terutama yang berkaitan dengan upah," kata Quincy Krosby, Chief Global Strategist LPL Financial di Charlotte, North Carolina.

Baca Juga: Tim Riset Goldman Imbau Investor Beli Komoditas, Ini Alasannya

"Pasar bergantung pada data seperti The Fed. Ini akan waspada untuk setiap rilis data yang dapat menyarankan kapan Fed bisa lebih dekat dengan penyelesaian."

Data ekonomi lainnya menunjukkan penurunan lebih lanjut dalam tekanan harga, sementara manufaktur tumbuh dengan stabil di bulan Agustus, berkat rebound dalam pekerjaan dan pesanan baru.

Pasar melihat peluang 73,1% untuk kenaikan suku bunga 75 basis poin ketiga berturut-turut pada bulan September dan memperkirakannya akan mencapai puncaknya di sekitar 3,993% pada Maret 2023.

Jalur yang diharapkan dari kenaikan suku bunga The Fed telah meningkatkan kekhawatiran bank sentral berpotensi membuat kesalahan kebijakan dan menaikkan suku terlalu tinggi, memiringkan ekonomi ke dalam resesi, bahkan jika inflasi menunjukkan tanda-tanda mereda.

Investor juga menjadi lebih khawatir tentang pendapatan perusahaan di lingkungan kenaikan suku bunga yang juga memicu reli dolar AS. Hormel Foods Corp turun 6,56% setelah pembuat makanan kemasan itu memangkas perkiraan laba setahun penuh.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×