Sumber: CNN | Editor: Khomarul Hidayat
Investor global mengejar pengembalian "menarik" dari obligasi pemerintah China, tambah mereka. China saat ini menawarkan imbal hasil 10-tahun sebesar 2,9%, dibandingkan dengan imbal hasil US Treasury 10-tahun sebesar 1,44%.
Analis ANZ memperkirakan obligasi tersebut akan mempertahankan daya tariknya, dibantu oleh volatilitas yuan yang rendah, yang masih belum sepenuhnya bebas dari intervensi pemerintah.
Menstabilkan kenaikan yuan
China sendiri mungkin belum melakukan intervensi untuk mengerem apresiasi yuan yang cepat.
PBOC pada Kamis pekan lalu mengumumkan akan menaikkan rasio persyaratan cadangan devisa menjadi 9% dari 7% — kenaikan kedua dalam tahun ini.
Langkah ini akan memaksa lembaga keuangan China untuk menyimpan lebih banyak uang asing sebagai cadangan, dan telah secara luas ditafsirkan sebagai upaya untuk meredam reli yuan.
"Ini adalah salah satu sinyal terkuat bahwa bank sentral tidak nyaman dengan laju apresiasi yuan," tulis Gaurav Garg dan Philip Yin, analis Citi, dalam sebuah laporan pada Jumat pekan lalu.
Baca Juga: Bank Sentral China (PBOC) Memangkas Suku Bunga Fasilitas Pinjaman Mulai Hari Ini
Bank sentral telah memperingatkan bulan lalu bahwa lembaga keuangan dan perusahaan harus menahan diri dari membuat taruhan "spekulatif" tentang yuan.
Analis mengatakan regulator khawatir jika yuan terlalu kuat, itu akan merusak daya saing barang-barang China di seluruh dunia. Pasar keuangan juga dapat diguncang oleh arus masuk modal yang cepat jika mata uang terapresiasi terlalu cepat.
Namun, Liu memperkirakan, kemungkinannya tetap rendah China akan menerapkan intervensi langsung yang besar ke pasar, seperti langsung membeli dolar dan menjual yuan.
Baca Juga: Citigroup akan kembali melepas asetnya di kawasan Asia
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News