kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.060.000   18.000   0,88%
  • USD/IDR 16.445   2,00   0,01%
  • IDX 7.867   -18,52   -0,23%
  • KOMPAS100 1.102   -2,88   -0,26%
  • LQ45 800   1,11   0,14%
  • ISSI 269   -0,86   -0,32%
  • IDX30 415   0,50   0,12%
  • IDXHIDIV20 482   1,02   0,21%
  • IDX80 121   -0,09   -0,07%
  • IDXV30 132   -1,13   -0,85%
  • IDXQ30 134   0,17   0,13%

Wah, yield obligasi 20 tahun pemerintah melonjak


Senin, 27 Agustus 2012 / 11:59 WIB
Wah, yield obligasi 20 tahun pemerintah melonjak
ILUSTRASI. Penerbitan SBSN salah satu komitmen pemerintah dalam pengembangan pasar modal syariah


Reporter: Barratut Taqiyyah, Bloomberg | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Harga obligasi pemerintah berjangka waktu 20 tahun mencatatkan penurunan pagi ini. Kondisi itu menyebabkan tingkat yield obligasi tersebut melonjak ke level tertinggi dalam delapan pekan terakhir.

Salah satu penyebabnya adalah aksi jual asing terhadap obligasi pemerintah. Data yang dirilis Kementrian Keuangan Indonesia menunjukkan, investor asing melepas kepemilikannya terhadap surat utang pemerintah dengan nilai mencapai 2,5 triliun (US$ 262 juta) pada 23 Agustus lalu. Ini merupakan penjualan terbesar sejak September lalu.

Aksi jual terhadap obligasi itu secara otomatis menaikkan tingkat yield. Asal tahu saja, data Inter Dealer Market Association, pada pukul 09.41 waktu Jakarta, tingkat yield untuk obligasi dengan kupon 8,25% yang jatuh tempo Juni 2032, naik 0,02 basis poin menjadi 6,8%. Ini merupakan level tertinggi sejak 2 Julu lalu. Jika dihitung, tingkat yield obligasi berjangka waktu 20 tahun itu sudah naik 30 basis poin sejak 10 Agustus lalu.

Sedangkan rupiah pagi ini mencatatkan penguatan 0,1% menjadi 9.516 per dollar AS. Pada 27 Juli lalu, posisi rupiah berada di level 9.540, terlemah dalam delapan pekan terakhir.

"Risiko mata uang masih tinggi seiring defisit neraca perdagangan saat ini. Sehingga kami melihat asing mulai melangkah pergi. Bank domestik tak terlalu banyak membeli obligasi karena kenaikan tingkat suku bunga deposito," jelas Handy Yunianto, head of fixed income research PT Mandiri Sekuritas.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×