kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Volatilitas rupiah meningkat, dana asing di SBN berkurang


Rabu, 25 Juli 2018 / 21:06 WIB
Volatilitas rupiah meningkat, dana asing di SBN berkurang
ILUSTRASI. Ilustrasi pasar modal


Reporter: Dimas Andi | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Investor asing kembali melakukan aksi jual di pasar obligasi Indonesia dalam beberapa hari terakhir seiring volatilitas rupiah yang meningkat.

Mengutip data Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan, sepanjang bulan Juli 2018, sebenarnya investor asing mencatatkan net buy sebesar Rp 6,94 triliun, sehingga kepemilikan asing di Surat Berharga Negara (SBN) per 24 Juli lalu berjumlah Rp 837,11 triliun.

Padahal, pada 19 Juli lalu, dana asing di SBN tercatat masih sebanyak Rp 842,08 triliun. Namun, selepas itu, investor asing terus melakukan aksi jual sebesar Rp 4,97 triliun hingga Selasa lalu (24/7).

Analis Fixed Income MNC Sekuritas I Made Adi Saputra mengatakan, devaluasi yuan China dan testimoni Gubernur The Fed Jerome Powell terkait optimisme kenaikan suku bunga acuan AS menjadi kombinasi yang membuat volatilitas rupiah meningkat akhir-akhir ini. Hal tersebut yang dikhawatirkan oleh investor asing. “Ada potensi kerugian kurs kalau rupiah melemah, jadi investor keluar,” katanya, Rabu (25/7).

Padahal, lanjut dia, persepsi risiko Indonesia tengah dalam tren yang membaik. Buktinya, credit default swap (CDS) Indonesia terus menurun. Mengutip Bloomberg, CDS Indonesia tenor 5 tahun berada di level 109,781, Rabu (25/7). Angka ini jauh berkurang ketimbang posisi di awal bulan, tepatnya 2 Juli lalu yang berada di level 140,717.

“Secara risiko investasi, Indonesia sudah dipandang baik oleh investor asing. Tapi ketidakstabilan rupiah membuat investor asing akhirnya masih hati-hati,” terang Made.

Ekonom Samuel Sekuritas Indonesia Ahmad Mikail menambahkan, keluarnya investor asing dari pasar obligasi Indonesia akhir-akhir ini disebabkan investor tersebut sudah mulai ancang-ancang menghadapi kenaikan suku bunga acuan AS. Apalagi, pekan lalu The Fed sudah memberikan pernyataan bahwa suku bunga acuan AS bisa kembali naik dua kali lagi di sisa tahun ini, walau tak lama berselang Trump mengkritik kebijakan tersebut.

Lebih lanjut, investor asing kemungkinan masih akan wait and see hingga The Fed benar-benar menaikan suku bunga acuan AS pada September mendatang. Selepas itu, investor asing berpotensi masuk kembali ke pasar obligasi Indonesia. Pasalnya, kenaikan suku bunga acuan AS akan memicu kenaikan yield Surat Utang Negara (SUN). “Kalau yield SUN sudah kembali tinggi, itu jadi daya tarik buat investor asing,” kata Mikail.

Fund Manager Capital Asset Management Desmon Silitonga juga menganggap, dalam jangka pendek investor asing masih cenderung berhati-hati. Kalaupun kembali terjadi aksi beli, hal tersebut tidak berlangsung secara berkala.

Ia pun berpendapat, untuk kembali mendatangkan dana dari investor asing ke pasar obligasi, fundamental rupiah mesti kuat. Salah satu caranya dengan memastikan bahwa neraca perdagangan Indonesia tetap surplus di tiap bulannya.

Memang, hal itu belum cukup jika di saat yang sama tekanan eksternal begitu kuat, khususnya sentimen perang dagang. Investor asing dilanda ketidakpastian karena bukan sesuatu yang mudah untuk memprediksi arah perkembangan perang dagang. “Kalau sentimen tersebut menguat, ujung-ujungnya investor asing cenderung menghindari negara emerging market,” ungkapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×