kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Virus corona mengancam kinerja emiten perbankan


Minggu, 17 Mei 2020 / 21:13 WIB
Virus corona mengancam kinerja emiten perbankan
ILUSTRASI. Dampak Covid-29 terhadap kinerja perbankan baru terasa di kuartal kedua.


Reporter: Ika Puspitasari | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ada sejumlah emiten perbankan yang sudah mengumumkan hasil kinerja pada kuartal pertama tahun ini. Dari beberapa yang sudah merilis laporan keuangan, memang beberapa kinerja emiten bank ini cukup variatif.

Analis Senior CSA Research Institute, Reza Priyambada mengatakan, salah satu bank yang mengalami kenaikan laba adalah PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Syariah Tbk. Emiten dengan kode saham BTPS ini berhasil membukukan laba bersih pada triwulan pertama 2020 sebesar Rp 402,297 miliar atau meningkat 39,49% yoy.

Ia bilang, dampak Covid-29 terhadap kinerja perbankan pada kuartal pertama tahun ini memang belum terlalu tercermin, dan baru terasa pada kinerja kuartal kedua lantaran banyak perusahaan yang bisnisnya terganggu akibat pembatasan untuk mengantisipasi penyebaran Covid-19.

Baca Juga: Perlukah tambahan stimulus pasca pandemi? Begini kata bankir dan OJK

Makanya, Reza berharap kinerja keuangan emiten perbankan pada kuartal pertama ini dapat membantu menutup kinerja pada kuartal kedua mendatang. Di tengah pandemi ini, industri perbankan menghadapi berbagai tantangan, dari risiko kredit bermasalah dan juga potensi penurunan penyaluran kredit.

Hal senada juga disampaikan oleh Nico Laurens, Head of Research Panin Sekuritas. Nico mengatakan, industri perbankan memikul beban yang cukup berat. Mengacu data Pemerintah ada sejumlah 20 juta nasabah yang harus direstrukturisasi.

"Sebanyak 11,11 juta nasabah itu ada di Himpunan Bank Milik Negara (Himbara), 9,7 juta itu adalah nasabahnya BRI semua. Jadi itu kelihatan UMKM kena banget," katanya dalam webinar dengan topik Strategi Optimalkan Momentum Recovery, Jumat (15/5).

Baca Juga: Perbankan mulai rilis laporan keuangan kuartal I, simak rekomendasi analis

Khusus Bank BRI, total kredit yang sudah direstrukturisasi mencapai 1,4 juta debitur dengan nilai lebih dari Rp 100 triliun atau baru 10% dari total kredit BRI. Adanya aturan relaksasi yang dikeluarkan OJK tersebut, kredit yang direstrukturisasi ini menjadi terhitung lancar. "Ini seolah-olah mereka memiliki aset berisiko yang harusnya naik, jadi malah turun, ini sebenarnya yang jadi tekanan buat sektor perbankan," tambahnya.

Hal ini yang membuat saham-saham perbankan seperti BBRI, BMRI, dan BBNI memiliki tren yang kurang baik dalam jangka pendek dan menengah.

Selain itu, lanjutnya, pasar juga sempat merespons negatif peraturan pemerintah mengenai bank jangkar. Tujuan dari penunjukan bank jangkar ini adalah sebagai penyedia likuiditas bagi bank-bank yang mengalami masalah likuiditas akibat Covid-19.

Baca Juga: Bank jangkar bisa dapat tambahan pendapatan, dari mana?

Direktur Anugerah Mega Investama Hans Kwee membenarkan, sektor perbankan pada pekan lalu mengalami tekanan akibat rencana penunjukan beberapa bank besar menjadi bank jangkar. Pelaku pasar khawatir, akibat risiko yang dihadapi bank jangkar dan ketidakjelasan mekanisme pelaksanaan bank jangkar.

"Tetapi setelah melihat penjelasan OJK maka kami menilai bank jangkar harusnya tidak dirugikan bahkan mendapatkan beberapa manfaat. Risiko kredit bank pelaksanaan akan di jamin oleh LPS," ujarnya dalam rilis, Minggu (17/5). Dengan begitu, Hans menuturkan, hal ini membuka potensi sektor keuangan mengalami kenaikan di pekan depan.

Secara keseluruhan, Nico juga menilai sektor perbankan masih menarik untuk jangka panjang. "Dari segi kecukupan modalnya juga cukup baik untuk memitigasi risiko gagal bayar," ungkapnya.

Baca Juga: Investor khawatir NPL perbankan naik, IHSG merosot 1,95% pekan ini

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×