Reporter: Nur Qolbi | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Persebaran virus corona di Indonesia maupun belahan dunia lainnya berpotensi mempengaruhi bisnis produsen tekstil dan garmen. Pasalnya, selain menjual produknya ke Indonesia, para pelaku usaha di bidang ini juga memasarkannya ke negara-negara lain.
Berdasarkan data World Health Organization (WHO) per tanggal 18 Maret 2020, virus corona telah merebak di 166 negara dengan jumlah kasus mencapai 207.855 dan kematian 8.648 kasus.
Baca Juga: Ada enam obligasi korporasi baru pada Maret ini, seperti apa prospeknya?
Meskipun begitu, sejumlah emiten tekstil dan garmen menyatakan, sejauh ini, pesanan dari dalam maupun luar negeri masih sejalan dengan target 2020.
Corporate Communications PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL) atau Sritex Joy Citradewi mengatakan, sejauh ini, jumlah permintaan yang masuk masih sejalan dengan perhitungan awal Sritex.
"Baik dari domestik dan mancanegara belum ada pembatalan pesanan," ungkap dia saat dihubungi Kontan.co.id, Kamis (19/3).
Sebagai informasi, SRIL membukukan penjualan US$ 895,08 juta per September 2019. Penjualan ke luar negeri berkontribusi 59,72%, sementara sisanya berasal dari dalam negeri.
Penjualan ekspor SRIL mencakup wilayah Asia sebesar 60,5%, Eropa 15,2%, Amerika Serikat dan Amerika Latin 13,6% , Uni Emirat Arab dan Afrika 10,5%, dan Australia 0,3%.
Baca Juga: Prospek kinerja Puradelta (DMAS) terganjal permintaan lahan korporasi karena corona
Untuk ke depannya, Sritex akan terus memantau perkembangan dari dampak persebaran virus corona, baik di Indonesia maupun negara-negara tujuan ekspornya.
Sritex juga mempertimbangkan kemungkinan untuk memperbesar porsi penjualan ekspor atau domestik. "Kami akan lihat jika kami bisa cross antara domestik dan luar negeri dalam penjualan," ungkap Joy.