Reporter: Nisa Dwiresya Putri | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Tiga Pilar Sejahtera Tbk (AISA) belakangan menjadi sorotan lantaran dilirik oleh beberapa pihak pengucur dana. Catatan Kontan.co.id 13 Februari lalu, Fidelity Funds-Pacific menambah porsi kepemilikan pada AISA dengan membeli 16,69 juta saham di harga Rp 484,04 per saham.
Lalu, 15 Februari 2018, Fidelity kembali menambah kepemilikan di saham AISA dengan membeli 16,35 juta saham di harga Rp 541,57 per saham. Dus, kini Fidelity memiliki 213,91 juta saham AISA atau setara 6,65%.
Belum lagi, menurut kabar yang beredar di pasar, Grup Salim dan Grup Sinarmas tertarik untuk mengambil alih bisnis beras AISA. Ini kabarnya akan diumumkan pada Maret nanti.
Kepala Riset Koneksi Kapital Sekuritas Alfred Nainggolan bilang, harga saham AISA saat ini memang terkesan murah. Dalam catatannya, valuasi bisnis makanan ringan AISA berada di level Rp 400 per saham.
Pada bisnis beras yang telah disebut-sebut akan didivestasikan dengan nilai Rp 3 triliun, menurut Alfred memiliki valuasi sekitar Rp 200 per saham. Jika memang nantinya bisnis beras ini diminati pihak eksternal seperti rumor yang beredar, perhitungan harga ini bagi Alfred bisa disebut sebagai fair value.
“Kalau bisnis beras bisa dijual, sudah pasti harga saham AISA tidak bisa di bawah Rp 500 per saham,” tambah Alfred. Adapun Pada penutupan perdagangan Jumat (23/2), saham AISA berterngger di harga Rp 665 per saham.
Senada, analis Infinitum Advisory Ibrahim bilang, valuasi AISA cukup murah setelah mengalami penurunan signifikan terkait kasus di divisi beras. Sebelum adanya kasus beras, Ibrahim mencatat harga saham AISA masih bertengger di level Rp 1.605 per saham. “Cukup layak dikoleksi,” tuturnya, Jumat (23/2).
Analis NH Korindo Sekuritas Joni Wintarja mencatat bahwa saat ini, AISA diperdagangkan pada price to earning ratio (PER) 2018E sebesar 5,7 kali. Besar PER ini lebih rendah dibandingkan rata-rata PER AISA dalam tiga tahun terakhir yakni 16,9 kali.
Saat ini Joni pasang target harga Rp 550 per saham. Target harga ini mengimplikasikan PER 6,4 kali di 2018. Menurutnya, Jika AISA berhasil melepaskan anak usahanya, yaitu PT Dunia Pangan dan melunasi obligasinya, target harganya berpotensi naik menjadi Rp 750 dengan estimasi forward P/E sebesar 5,4x.
Sebagai gambaran, pada tahun 2016, Ibrahim mencatat bahwa divisi beras AISA menyumbang 55,98% untuk laba bersih perusahaan. Sementara itu, Alfred mencatat bahwa di sembilan bulan pertama 2017, divisi beras AISA berkontribusi Rp 10 miliar atau sekitar 5,76% dari total laba bersih.
Satu tahun penuh 2017, Ibrahim mengestimasikan total laba bersih AISA akan turun sekitar 40% karena kasus beras yang dialami. “Tahun 2018 AISA akan diuntungkan bila divestasi berhasil. Mereka bisa fokus ke divisi makanan dan bayar utang. Buy AISA dengan target harga Rp 765,” tutur Ibrahim.
Alfred menambahkan, tahun 2018 ini bisnis makanan AISA akan mencatat laba bersih sebesar Rp 220 miliar-Rp 230 miliar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News