kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Valbury prediksi IHSG 2018 sentuh level 6.750


Senin, 05 Maret 2018 / 19:55 WIB
Valbury prediksi IHSG 2018 sentuh level 6.750
ILUSTRASI. IHSG


Reporter: Nisa Dwiresya Putri | Editor: Dupla Kartini

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Valbury Asia Futures memprediksi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akan menyentuh level 6.750 pada tahun ini. Adapun, price to earning ratio (PER) IHSG pada 2018  akan sekitar 16 kali.

VP Research & Analyst Valbury Asia Securities Nico Omer Jonckheere mengatakan, secara umum, potensi kenaikan indeks akan terbatas pada tahun ini. “Kemungkinan puncaknya di tahun ini sudah tercapai,” ujar Nico kepada Kontan.co.id, Senin (5/3).

Dalam jangka menengah, Nico memprediksikan, indeks akan turun lebih lanjut. Hal ini setelah indeks mencatat kenaikan 515% sejak akhir tahun 2008. Hal ini pula yang akan mempengaruhi pergerakan investor asing.

Ia memprediksi, asing akan menahan diri masuk ke pasar saham domestik. Sejak awal tahun hingga Senin (5/3), tercatat aksi jual bersih asing sebesar Rp 10,89 triliun.

Faktor lain yang turut mempengaruhi asing, menurut Nico, adalah posisi rupiah yang sedang melemah. Berdasarkan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Senin (5/3), kurs rupiah berada di Rp 13.740 per dollar AS.

Dari sisi fundamental ekonomi, Nico memperkirakan, produk domestik bruto (PDB) Indonesia pada 2018 sekitar 5%. Sementara, inflasi akan di kisaran 3,5%. Estimasi PDB ini di bawah target PDB pemerintah yakni 5,4%.

Nico menyebut, target pemerintah memang kerap overestimate dan underdeliver. Selain itu, makin banyak negara yang bersifat proteksionis, sehingga perdagangan global akan turun secara signifikan. Contohnya, proteksi perdagangan yang akan diterapkan Amerika Serikat dengan penerapan tarif pajak aluminium dan baja.

Dengan pertimbangan tersebut, Nico memprediksikan bahwa sektor saham yang prospektif pada tahun ini adalah yang terkait komoditas. Misalnya, saham-saham dengan aktivitas bisnis terkait produksi batubara, nikel, timah, emas, perak, dan tembaga.

Di sisi lain, sektor yang banyak menggunakan bahan baku komoditas justru memiliki prospek negatif. Misalnya sektor farmasi dan poultry.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×