Reporter: Melysa Anggreni | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kebijakan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump untuk mengenakan tarif impor kepada semua negara, membuat sejumlah mata uang utama dunia bergerak mengungguli dolar AS. Investor diminta diversifikasi portofolio sambil mengikuti perkembangan global.
Presiden Komisioner HFX International Berjangka Sutopo Widodo mengamati, depresiasi dolar AS terhadap sejumlah mata uang mayor tidak terlepas dari kekhawatiran resesi AS akibat dari kebijakan agresif Trump yang menerapkan tarif impor kepada seluruh negara dan menaikkan tarif impor kepada negara tertentu.
"Sehingga, penguatan pada mayoritas mata uang memang sejalan dengan pelemahan dolar (DXY)," ujar Sutopo kepada Kontan.co.id, Senin (7/4).
Baca Juga: Valas Asia Masih Bergerak Beragam di Pekan Ini
Berdasarkan data Bloomberg, Senin (07/4) pukul 17.25 WIB, pasangan mata uang EUR/USD menguat 0,23% dari sesi sebelumnya ke level 1,0981, CHF/USD juga menguat 0,88% ke 1,1720, dan USD/JPY turun 0,41% ke 146,33 alias yen Jepang menguat terhadap dolar AS. Sementara itu, GBP/USD justru melemah 0,27% ke level 1,2852.
Penguatan nilai tukar yen Jepang (JPY), euro (EUR), dan franc Swiss (CHF) juga disokong oleh data ekonomi domestik yang positif. Tetapi, perlu diperhatikan pula data ekonomi ke depannya seperti arah kebijakan suku bunga dan indikator ekonomi lainnya.
Sementara itu, depresiasi pada nilai tukar poundsterling (GBP) terjadi seiring dengan lemahnya data ekonomi Inggris seperti angka PMI manufaktur yang lebih rendah dari perkiraan.
"Tetapi jika Inggris mampu mengatasi ketidakstabilan fiskal dan meningkatkan prospek ekonominya, maka tidak menutup kemungkinan mata uang ini akan rebound dan kembali mengungguli dolar AS," terang Sutopo.
Sutopo melihat, JPY seringkali dipandang sebagai mata uang safe haven yang banyak diburu. Hal tersebut tercermin dari tren kenaikannya di pasar baru-baru ini. Sejalan dengan itu, EUR juga menunjukkan kinerja yang kuat, didorong oleh indikator ekonomi yang positif di zona euro.
Baca Juga: Defisit Anggaran Melebar, Ekonom Paramadina Ingatkan Risiko Penerbitan SBN Valas
Sementara itu, kedua mata uang komoditas AUD dan CAD berpotensi menguat, mengingat bahwa kebutuhan manusia adalah komoditas yang tak tergantikan. Meskipun saat ini AUD tengah tertekan akibat perang dagang antara AS dan China yang merupakan mitra dagang utama Australia.
"JPY dan EUR bisa menjadi pilihan menarik untuk dikoleksi, dan melakukan diversifikasi ke dalam mata uang seperti AUD dan CAD dapat membantu mengurangi risiko investasi," tambah Sutopo.
Lain hal nya dengan Lukman Leong, Analis Doo Financial Futers ini justru merekomendasikan mata uang CHF dan JPY untuk dikoleksi. Menurutnya, EUR masih akan bergejolak, menanti jika Uni Eropa melakukan retaliasi menyusul China.
EUR dan GBP berbalik turun setelah retaliasi China yang memperkeruh perang dagang. Yen dan CHF pun menghadapi tekanan serupa, tetapi diuntungkan oleh status mata uang safe haven.
"Sehingga pelemahan yang terjadi pun terbatas atau koreksinya tidak terlalu signifikan seperti EUR dan GBP," jelas Lukman kepada Kontan.co.id, Senin (7/4).
Selanjutnya: Wamenperin Faisol Riza Buka Suara Soal Harga Gas HGBT dan Non-PGBT yang Jomplang
Menarik Dibaca: Dominan Cerah, Ini Prakiraan Cuaca Jakarta Besok (8/4)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News