Reporter: Achmad Jatnika | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Belakangan ini, pasar keuangan Indonesia sedang dalam tekanan. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melorot dan kurs rupiah tertekan atas dolar AS. Meski begitu, risiko investasi Indonesia yang tercermin dalam credit default swap (CDS) justru makin menurun dari akhir Maret 2021 lalu.
Pada Rabu (14/4), CDS Indonesia tenor 5 tahun berada di level 83,27, mengecil dari akhir Maret lalu yang sempat menembus level 89,07. Sementara, CDS Indonesia tenor 10 tahun pada Senin (12/4) berada di level 148,74, turun dibanding akhir Maret yang sempat mencapai 153,89.
Menurut Head of Fixed Income Trimegah Asset Management Darma Yudha, dalam dua minggu terakhir, pasar sudah menerima kenaikan yield US Treasury tenor 10 tahun, karena inflasi di AS yang sudah naik juga.
Baca Juga: Kondisi ekonomi Indonesia terkendali, level CDS turun
Di sisi lain, Darma melihat, Indonesia termasuk salah satu negara dengan proses vaksinasi Covid-19 tercepat di Asia, sehingga ini menjadi katalis positif bagi Indonesia terutama dari percepatan pemulihan ekonomi.
Namun, ia melihat masih adanya risiko apabila ke depannya proses vaksinasi tidak lancar. “Saya melihat potensi negatif terbesarnya adalah ketika program vaksinasi tidak berjalan sesuai rencana. Misalnya suplai vaksin berkurang, itu yang bisa jadi risiko berbahaya. Apabila vaksin berjalan baik, ini akan menjadi game changer,” kata Darma kepada Kontan.co.id, Rabu (14/4).
Dari sisi fundamental, ia melihat, indikator makro ekonomi Indonesia berada dalam keadaan baik. Pelemahan yang belakangan terjadi di beberapa aset karena seasonality.
Darma menyebutkan, di bulan-bulan ini rupiah memang biasanya cenderung melemah dan dolar menguat, karena masuk musim bagi dividen. Ia melihat, outflow dari pasar saham tidak terlalu signifikan melemahkan rupiah.
Selanjutnya: Yield US Treasury stabil, investor asing diperkirakan akan kembali masuk ke SBN
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News