Reporter: Avanty Nurdiana | Editor: Avanty Nurdiana
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Salim Ivomas Pratama Tbk (SIMP) ternyata memiliki utang jangka pendek sangat besar sepanjang tahun lalu. Ini pula yang menjadi masalah utama pelemahan kinerja emiten produsen CPO grup Salim ini.
Pada tahun 2019, SIMP membukukan kenaikan utang bank jangka pendek 27,88% secara year on year (yoy) dari Rp 4,88 triliun menjadi Rp 6,24 triliun. Kenaikan disebabkan penambahan modal kerja dan pembiayaan kembali untuk melunasi fasilitas kredit jangka panjang dengan memanfaatkan kredit jangka pendek.
Untuk melunasi utang bank di tahun 2020, SIMP akan menggunakan kas. Per 31 Desember 2019, kas setara kas Salim Ivomas sebesar Rp 1,72 triliun turun dari 2018 sebesar Rp 2,07 triliun.
Baca Juga: Strategi Salim Ivomas Pratama (SIMP) agar rugi tak membengkak di tahun ini
"Kami akan meningkatkan dana dari hasil usaha dengan cara meningkatkan penjualan dan melakukan pembiayaan kembali sebagian utang bank yang akan jatuh tempo," terang Yati Salim Sekretaris Perusahaan SIMP dalam keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Kamis (16/4).
Pada tahun lalu, Salim Ivomas juga membukukan modal kerja negatif sebesar Rp 2,05 triliun. Menurut Yati, modal kerja negatif tersebut disebabkan kenaikan saldo utang bank jangka pendek yang masih dapat dibiayai kembali. Sehingga menurut dia, tidak akan berdampak secara signifikan pada kegiatan operasional SIMP.
"Untuk meningkatkan modal kerja kami akan meningkatkan hasil penjualan dan membiayai kembali utang jangka pendek menjadi utang jangka panjang," jelas Yati dalam keterbukaan informasi. SIMP juga akan lebih memprioritaskan pendanaan alternatif untuk memenuhi kebutuhan modal kerja.