Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sepekan lalu, nilai tukar mata uang dollar Singapura (SGD) sempat mencapai Rp 10.009,55 per dollar Singapura (26/10). Kurs mata uang dollar Amerika Serikat (USD) juga terus menguat hingga sempat menyentuh Rp 13.600 per dollar AS.
Pemakaian kedua mata uang tersebut di Indonesia cukup besar. Banyak masyarakat Indonesia doyan melancong dan belanja ke Singapura. Dus, kebutuhan SGD pun cukup besar.
Sedangkan USD yang menjadi mata uang asing yang paling dibutuhkan di Indonesia. Maklum, setiap transaksi global menggunakan mata uang Negeri Paman Sam.
Pada Jumat (3/11), nilai tukar rupiah terhadap SGD menguat 0,45% menjadi Rp 9.915 per dollar Singapura dibandingkan hari sebelumnya. Namun, sejak awal tahun rupiah melemah 6,5%.
Sementara, rupiah terhadap USD kemarin menguat 0,40% menjadi Rp 13.498 per dollar AS dibandingkan dengan hari sebelumnya. Sejak awal tahun, mata uang Garuda cenderung lebih stabil dengan pelemahan 0,18%.
Ekonom Bank Central Asia David Sumual mengatakan dalam dua hari terakhir rupiah menguat di hadapan dollar AS maupun Singapura. Penyebabnya, AS sedang bergejolak setelah Jerome Powell terpilih sebagai gubernur baru The Federal Reserve. "Kebijakan Powell kemungkinan mirip dengan Janet Yellen, yang menaikkan suku bunga secara bertahap. Maka hal ini membuat mata uang SGD dan USD melemah dua hari terakhir," kata David, kemarin.
Pergerakan dollar Singapura dan dollar AS terhadap rupiah, menurut David, tidak selalu sejalan. Sebab, pergerakan dollar Singapura juga dipengaruhi perkembangan ekonomi negara tersebut.
Hingga akhir tahun, David memprediksi pergerakan dollar Singapura terhadap dollar AS masih akan dipengaruhi oleh kebijakan moneter bank sentral AS. "Sampai akhir tahun ini kemungkinan ekonomi Singapura masih akan cenderung stagnan, perdagangan global juga stagnan, sehingga faktor AS yang lebih kuat yang akan mempengaruhi dollar Singapura dan rupiah," kata David.
Sementara nilai tukar rupiah terhadap dollar Singapura maupun dollar AS pada akhir tahun nanti diperkirakan bergerak cenderung stabil. Namun, David melihat ada potensi pelemahan tipis bagi rupiah di tahun 2018.
Dalam situasi tersebut, David lebih menyarankan agar investor menyimpan dollar Singapura untuk jangka pendek, karena sejak awal tahun sudah bergerak menguat. Namun pergerakan dan potensi keuntungannya baik pada dollar Singapura maupun dollar AS tidak akan terlalu besar. "Kurs dollar Singapura kemungkinan sekitar Rp 10.100–Rp 10.200," kata David.
Sementara, David merekomendasikan USD dikoleksi untuk jangka menengah dan panjang. Alasannya, saat ini The Fed sudah sesuai ekspektasi akan menahan suku bunga hingga akhir tahun. The Fed kemungkinan baru akan menaikkan suku bunga tahun depan. Maka dollar AS akan lebih menarik jika disimpan hingga jangka panjang atau menengah. "Nilai tukar rupiah terhadap dollar AS juga cenderung stagnan di akhir tahun ini, yakni sekitar Rp 13.400-an," kata David.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News