CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.466.000   -11.000   -0,74%
  • USD/IDR 15.899   -39,00   -0,25%
  • IDX 7.217   2,50   0,03%
  • KOMPAS100 1.104   1,13   0,10%
  • LQ45 878   2,34   0,27%
  • ISSI 218   -0,10   -0,05%
  • IDX30 449   1,31   0,29%
  • IDXHIDIV20 542   2,10   0,39%
  • IDX80 127   0,15   0,12%
  • IDXV30 136   0,61   0,45%
  • IDXQ30 150   0,28   0,18%

Usai menguat 0,95% dalam sepekan, bagaimana nasib rupiah minggu depan?


Minggu, 30 Agustus 2020 / 09:22 WIB
Usai menguat 0,95% dalam sepekan, bagaimana nasib rupiah minggu depan?
ILUSTRASI. Karyawan money changer menghitung pecahan 100 dollar US di salah satu money changer di Jakarta, Rabu (22/7). Rupiah di pasar spot tampil perkasa di perdagangan hari ini. Rabu (22/7) rupiah spot berhasil ditutup ke level Rp 14.650 per dolar Amerika Serikat


Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rupiah bergerak menguat secara perlahan dalam sepekan ini. Sikap Federal Reserve yang cenderung dovish dan data ekonomi dalam negeri yang positif mendukung rupiah untuk menguat. 

Mengutip Bloomberg, Jumat (28/8), rupiah menguat 0,19% ke Rp 14.632 per dolar Amerika Serikat (AS). Dalam sepekan rupiah menguat 0,95%. Sementara, kurs tengah Bank Indonesia juga mencatat penguatan tipis rupiah 0,08% pada akhir pekan menjadi Rp 14.702 per dolar AS. Sementara, dalam sepekan BI mencatat rupiah menguat 0,57%. 

Baca Juga: IHSG pekan depan diprediksi bisa tertekan karena sederet sentimen ini

Analis Valbury Asia Futures, Lukman Leong mengatakan rupiah menguat sepekan ini karena dolar AS yang tadinya diproyeksikan cenderung menguat, ternyata berbalik arah. Sentimen negatif yang menimpa dolar AS adalah pernyataan sikap The Fed yang cenderung dovish pada Kamis (27/8). 

"Testimoni The Fed cukup membuat dolar AS bearish karena ke depan suku bunga AS akan dipertahankan cukup rendah dalam waktu lama," kata Lukman, Jumat (28/8). 

Dia menambahkan bahwa The Fed hanya akan mempertimbangkan kenaikan inflasi di atas 2% ketika ingin menentukan tingkat suku bunga acuannya. 

Sementara, faktor data ketenagakerjaan tidak dipertimbangkan kembali dalam memberi pengaruh ke perubahan suku bunga AS. Itu sebabnya tren suku bunga rendah di AS akan berlangsung lama dan menekan dolar AS. 

Baca Juga: Apakah uang baru Rp 75.000 bisa digunakan sebagai alat transaksi? Ini penjelasan BI

Ekonom Bank Mandiri Reny Eka Putri menambahkan rupiah berangsur menguat di pekan ini karena kebutuhan dolar AS di dalam negeri guna repatriasi dividen juga berangsur menurun. Selain itu, penguatan rupiah juga didukung data neraca perdagangan Indonesia yang surplus US$ 3,26 miliar. Di tambah, Bank Indonesia juga memutuskan untuk mempertahankan suku bunga BI di 4%. 

Namun, Reny menilai penguatan rupiah ini tidak bisa signifikan karena dibayangi kekhawatiran atas jumlah kasus corona yang masih memuncak di Indonesia. "Penguatan rupiah ini tertahan kekhawatiran pandemi, makanya rupiah belum bisa ke bawah Rp 14.500 per dolar AS," kata Renny. 

Sepekan ke depan Lukman memproyeksikan rupiah memiliki peluang untuk mempertahankan penguatannya ini. Sementara, dolar AS cenderung bergerak defensif. 



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×