Reporter: Dimas Andi | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pasar obligasi Indonesia masih rawan tertekan usai berakhirnya libur lebaran dalam sepekan terakhir. Hal ini lantaran adanya sejumlah sentimen eksternal yang terjadi selama masa liburan berlangsung.
Sebagai catatan, sebelum liburan pasar obligasi dalam negeri sebenarnya mulai menunjukkan sinyal pemulihan. Terbukti, yield Surat Utang Negara (SUN) seri acuan 10 tahun yang tercatat di Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA) berada di bawah level 8%, tepatnya 7,87% pada 31 Mei lalu.
Ekonom PT Pemeringkat Efek Indonesia Fikri C. Permana menyampaikan, sentimen utama yang akan mempengaruhi kondisi pasar obligasi Indonesia usai libur lebaran masih berasal dari perkembangan perang dagang antara AS dan China.
Apalagi, selama libur lebaran berlangsung, ada sejumlah kabar mengenai konflik kedua negara tersebut. Misalnya, pemberlakuan tarif impor balasan oleh China terhadap produk AS senilai US$ 60 miliar pada 1 Juni lalu.
AS pun baru-baru ini mengancam akan kembali menaikkan tarif impor lanjutan terhadap produk asal China senilai US$ 300 miliar.
Selain perang dagang, perkembangan data ekonomi AS yang dirilis awal bulan Juni juga bisa menjadi sentimen tambahan bagi pasar obligasi Indonesia. Ambil contoh, Jumat (7/6) lalu, AS merilis data tingkat pengangguran bulan Mei yang stagnan di level 3,6%.
Dari situ, risiko volatilitas pasar obligasi nasional berpotensi kembali meningkat akibat akumulasi beragam sentimen tersebut. “Libur perdagangan selama masa lebaran membuat respons pasar terhadap sentimen eksternal agak terhambat,” kata Fikri, beberapa hari lalu.
Namun, ia yakin volatilitas pasar obligasi masih dalam tahap yang wajar. Terlebih lagi, beberapa sentimen seharusnya sudah dapat di price-in oleh para pelaku pasar dalam negeri.
Senada, Head of Fixed Income Fund Manager Prospera Asset Management Eric Sutedja mengungkapkan, sentimen eksternal berupa kelanjutan perang dagang AS dan China bakal cukup mempengaruhi pergerakan pasar obligasi Indonesia di bulan ini. Sentimen tersebut cukup penting lantaran perkembangannya sulit diperkirakan dan cepat sekali berubah.
“Pasar obligasi domestik juga masih kekurangan sentimen positif dari dalam negeri di hari-hari pertama setelah berakhirnya libur lebaran,” imbuhnya.
Ia menambahkan, apabila pasar obligasi Indonesia menunjukkan respons negatif pada awal perdagangan pasca libur lebaran, bukan tidak mungkin hal tersebut akan memicu keluarnya dana milik investor asing.
Asal tahu saja, menurut data Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemkeu, kepemilikan asing di Surat Berharga Negara (SBN) berada di level Rp 951 triliun hingga 24 Mei silam.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News