Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sederet ekspansi telah direncanakan oleh PT Merdeka Battery Materials Tbk (MBMA) pasca melakukan initial public offering (IPO). Di antaranya yakni meningkatkan kapasitas produksi nikel.
Presiden Direktur PT Merdeka Battery Materials Tbk Devin Antonio Ridwan mengatakan, saat ini MBMA memiliki dua pabrik pengolahan (smelter) berteknologi Rotary Kiln Electric Furnace (RKEF) yang menghasilkan nickel pig iron (NPI).
Dua smelter ini dijalankan oleh PT Cahaya Smelter Indonesia dan PT Bukit Smelter Indonesia.
Baca Juga: Adu Cantik Saham IPO Anak MDKA (MBMA) Versus Grup Harita (NCKL), Siapa Paling Ciamik?
Masing-masing smelter ini memiliki kapasitas 19.000 ton nikel per tahun, yang jika dijumlahkan menjadi 38.000 ton.
Ada satu lagi smelter RKEF yang masih dalam tahap konstruksi, dengan kapasitas 50.000 ton.
“Sehingga kapasitas RKEF nantinya maksimal 88.000 per tahun,” kata Devin, Kamis (30/3).
Diharapkan, smelter ketiga tersebut dapat beroperasi pada tahun ini.
MBMA juga berencana membangun pabrik peleburan nikel berteknologi High-Pressure Acid Leach (HPAL), dengan kapasitas masing-masing 120.000 ton, yang dibangun dalam kompleks Indonesia Konawe Industrial Park (IKIP).
Pembangunan pabrik ini akan dilakukan dua tahap, dengan operasional tahap pertama sebesar 60.000 ton.
Pabrik ini akan mengambil limonit dari tambang Sulawesi Cahaya Minerals (SCM), yang merupakan salah satu sumber daya nikel terbesar di dunia yang sesuai dengan Joint Ore Reserves Committee (JORC).
“IKIP HPAL akan mendapat bahan baku limonite dari tambang SCM yang tambangnya berdekatan (dengan pabrik pengolahan), sehingga nanti biayanya sangat murah,” sambung Devin.
Baca Juga: Merdeka Battery Materials Siap Jaring Dana IPO Rp 8,7 Triliun
Pada 16 Maret 2023, Merdeka Battery melakukan langkah pertama yang cukup penting terkait IKIP HPAL 1.
Merdeka Battery Materials menandatangani Memorandum of Understanding (MoU) dengan Ningbo Brunp Contemporary Amperex Co., Ltd., yang merupakan perusahaan afiliasi dari Contemporary Amperex Technology Co., Limited (Brunp CATL).
Adapun nilai investasi HPAL tahap pertama ini berkisar US$ 1,28 miliar, yang akan dibiayai oleh dana IPO sebesar 18%.
Untuk tahap awal, nantinya MBMA akan mengempit kepemilikan saham di bawah 50% dari smelter HPAL tahap pertama ini.
Kata Devin, MBMA menargetkan dapat meningkatkan kepemilikan hingga 66% setelah HPAL beroperasi komersial.
MBMA juga memiliki proyek Acid Iron Metal (AIM) yang menghasilkan asam sulfat, yang nantinya bisa dijual ke smelter HPAL. Proyek ini sedang dalam tahap konstruksi dan dijadwalkan mulai berproduksi pada paruh kedua 2023.
Sebagai gambaran, MBMA akan melakukan penawaran perdana saham dengan melepas sebanyak-banyaknya 11 miliar saham biasa atas nama, yang mewakili sebesar-besarnya 10,24% dari modal ditempatkan dan disetor setelah IPO.
Harga penawaran yang dipasang oleh oleh anak usaha PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) ini berada di rentang Rp780 sampai dengan Rp795 setiap saham.
Sehingga, MBMA berpotensi meraup dana segar sebanyak-banyaknya sebesar Rp 8,74 triliun dari aksi korporasi ini.
Devin meyakini, keputusan MBMA menjadi perusahaan terbuka merupakan langkah yang tepat untuk memperkokoh posisi MBMA sebagai pemain utama di industri kendaraan listrik alias electric vehicle (EV).
Selain itu, menyandang status sebagai perusahaan terbuka juga bisa meningkatkan transparansi perusahaan sehingga bisa dipertanggungjawabkan di hadapan pemangku kepentingan (stakeholder)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News