kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.508.000   10.000   0,67%
  • USD/IDR 15.930   -61,00   -0,38%
  • IDX 7.141   -39,42   -0,55%
  • KOMPAS100 1.095   -7,91   -0,72%
  • LQ45 866   -8,90   -1,02%
  • ISSI 220   0,44   0,20%
  • IDX30 443   -4,74   -1,06%
  • IDXHIDIV20 534   -3,94   -0,73%
  • IDX80 126   -0,93   -0,74%
  • IDXV30 134   -0,98   -0,72%
  • IDXQ30 148   -1,09   -0,73%

Usai coba aki, IMAS menjajal traktor


Jumat, 07 Februari 2014 / 06:16 WIB
Usai coba aki, IMAS menjajal traktor
ILUSTRASI. Harga Telur Turun Jadi Rp 30.300, Pasca Harga BBM Naik, Pangan Lain Naik Tinggi. ANTARA FOTO/Yulius Satria Wijaya/tom.


Reporter: Cindy Silviana Sukma | Editor: Avanty Nurdiana

JAKARTA. Setelah menyiapkan ekspansi di bisnis aki (baterai), PT Indomobil Sukses International Tbk (IMAS) mencoba peruntungan di bisnis alat berat. IMAS membentuk dua bisnis patungan lewat anak usahanya, PT Wahana Inti Selaras (WISEL).

Pertama, WISEL menggandeng Lauw Lie In alias Maria Kristina, mendirikan PT Indo Global Traktor (IGT). IMAS memiliki 51% saham perusahaan yang bergerak di bidang perdagangan perindustrian, perbengkelan, pengangkutan, dan jasa ini. Manajemen IMAS berharap bisa lebih fokus pada impor dan penjualan alat berat merek Volvo, setelah kehadiran bisnis ini.

Kedua, IMAS mendirikan joint venture dengan perusahaan Grup Salim yang bergerak dalam perkebunan sawit  yakni PT Salim Ivomas Pratama Tbk (SIMP). Perusahaan patungan itu bernama PT Prima Sarana Mustika (PSM).

IMAS menempatkan dana Rp 9 miliar atau setara 60% dari total modal yang ditempatkan, Rp 15 miliar pada PSM. Perusahaan patungan ini  bergerak di bidang jasa penyewaan alat berat, pengangkutan dan perdagangan alat pertanian.

Akhmad Nurcahyadi, analis AM Capital, menilai, bisnis alat berat ini hanya pelengkap bisnis IMAS yang sudah melekat dengan otomotif dan perakitan. "Tak mudah bagi IMAS menyaingi pemain alat berat seperti PT United Tractor Tbk (UNTR) dan PT Intraco Penta Tbk (INTA) yang sudah menguasai pasar," ujar dia.  

David Nathanael Sutyanto, Kepala Riset First Asia Capital menambahkan, bisnis alat berat tak memberi pendapatan yang signifikan bagi IMAS. "Saya memperkirakan hanya 20% terhadap total pendapatan tahun ini, karena persaingan pemain alat berat sudah besar," tutur dia.

Prospek IMAS ke depan, menurut analis, akan didorong penjualan mobil low cost green car (LCGC). David menduga, produk mobil murah keluaran IMAS  bisa mendongkrak pendapatan IMAS di atas 15% hingga akhir 2014.

Leonardo Henry Gavanza, analis Bahana Securities, dalam risetnya pun yakin, prospek IMAS akan terangkat dalam jangka panjang karena produk LCGC. Dia yakin, pangsa pasar IMAS bisa tumbuh 7% di tahun depan.

Leonardo memprediksi, pendapatan IMAS bisa tumbuh 22,41% menjadi Rp 28.73 triliun di tahun ini. Sedangkan, laba bersih akan naik 14,51% menjadi Rp 947 miliar.  Ia menyarankan hold saham IMAS dengan target harga Rp 5.300.

David pun merekomendasikan hold saham IMAS dengan target harga Rp 6.000. Begitu pula, Fadli, analis Net Sekuritas menyarankan hold saham IMAS dengan target Rp 5.300.

Harga IMAS naik 1,92% ke Rp 5.300, Kamis (6/2).      

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×