kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45893,43   -4,59   -0.51%
  • EMAS1.333.000 0,53%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Upaya perbaikan fiskal dibutuhkan agar rupiah stabil


Minggu, 26 Agustus 2018 / 20:05 WIB
Upaya perbaikan fiskal dibutuhkan agar rupiah stabil
ILUSTRASI. Uang rupiah


Reporter: Dimas Andi | Editor: Sanny Cicilia

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia telah mengupayakan berbagai cara agar kurs rupiah stabil terhadap dollar Amerika Serikat. Namun, pemerintah dinilai juga harus berusaha secara konsisten agar data ekonomi yang menopang pergerakan rupiah tetap positif.

Ekonom Samuel Sekuritas Indonesia, Ahmad Mikail menyampaikan, sejumlah kebijakan Bank Indonesia seperti kenaikan suku bunga acuan, aktivasi lelang Sertifikat BI, hingga intervensi di pasar keuangan belum terlalu efektif menjaga stabilitas rupiah. “BI tidak bisa terus-terusan menaikan suku bunga, karena kebijakan bank sentral ada batasnya,” ungkapnya, Jumat (24/8).

Maka dari itu, bola panas sebenarnya ada di tangan pemerintah. Dalam hal ini, pemerintah mesti memastikan agar defisit transaksi berjalan tidak semakin melebar. Pemerintah juga harus membuat neraca perdagangan kembali surplus secara konsisten.

Head of Economic & Research UOB Indonesia, Enrico Tanuwidjaja menambahkan, kebijakan seperti pengendalian impor dan pengembalian devisa hasil ekspor perlu dilakukan secara berkelanjutan agar neraca perdagangan Indonesia dapat surplus. “Di sisi lain, suplai mata uang dollar AS di dalam negeri tetap terjaga,” sebutnya.

Di samping itu, pemerintah juga perlu mencermati pengeluaran negara, terutama subsidi bahan bakar. Ini mengingat harga minyak dunia bisa mengalami kenaikan sewaktu-waktu. Jika itu terjadi, beban pemerintah untuk mengimpor bahan bakar akan bertambah sehingga berpengaruh pada posisi neraca perdagangan.

Sementara itu, Analis Valbury Asia Futures, Lukman Leong berpendapat, stabilitas rupiah hingga akhir tahun sangat bergantung pada seberapa agresif BI mengintervensi mata uang Garuda dan efektivitas pemerintah dalam menjaga posisi neraca dagang dan defisit transaksi berjalan.

Sebab, di atas kertas potensi penguatan rupiah masih sangat terbatas di tengah posisi dollar AS yang solid akibat dorongan kebijakan kenaikan suku bunga acuan AS dan efek perang dagang. Menurutnya, andai neraca perdagangan Indonesia terus-menerus defisit, bukan sesuatu yang mengejutkan jika rupiah terjatuh hingga ke level Rp 15.000 per dollar AS akhir tahun nanti.

Di sisi lain, Enrico dan Mikail sama-sama memproyeksikan rupiah berada di kisaran Rp 14.600—Rp 14.700 pada akhir 2018.

Adapun pada Jumat (24/8) lalu, kurs rupiah di pasar spot ditutup melemah 0,08% ke level Rp 14.649 per dollar AS. Rupiah pun telah melemah 8,07% secara year to date (ytd) dihadapan dollar AS.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Practical Business Acumen Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×