Reporter: Annisa Aninditya Wibawa | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. PT United Tractors Tbk (UNTR) mampu mempertahankan pertumbuhan keuntungan. Meski tak signifikan, anak usaha PT Astra International Tbk (ASII) ini mencatatkan kenaikan laba bersih 3,96% year on year (yoy) menjadi Rp 3,41 triliun pada semester I-2015. Padahal, pendapatan UNTR di semester pertama tahun ini menyusut 9,37% (yoy) menjadi sekitar Rp 24,95 triliun.
Analis BNI Securities Thendra Chrisnanda mengungkapkan, pendapatan UNTR di semester pertama tahun ini setara 47% target pendapatan 2015 berdasarkan konsensus analis. Adapun realisasi laba melampaui target konsensus, yakni setara 55,18%.
Dia menilai, kinerja UNTR di semester I 2015 ditopang kontrak penambangan batubara senilai Rp 14,74 triliun. Ini memegang komposisi terbesar pendapatan UNTR dengan porsi 51,8%.
Kepala Riset NH Korindo Securities Reza Priyambada berpendapat, laba UNTR tumbuh lantaran emiten ini berhasil memangkas biaya. Lihat saja, beban pokok penjualannya menurun 11,47% menjadi Rp 19,29 triliun.
Sementara, analis UOB KayHian Marwan Halim, dalam riset pada 29 Juli 2015 menilai, kinerja UNTR di 2015 didukung oleh jasa setelah penjualan di divisi alat berat dan rasio stripping alias volume masa batuan yang dibongkar dengan batubara yang diambil yang stabil. Selain itu, koreksi rupiah berdampak positif terhadap kinerja UNTR.
Pada semester I 2015, UNTR menjual 1.375 unit alat berat merek Komatsu. Angka ini menurun 38% dibandingkan periode sama tahun sebelumnya. Kemudian produksi batubara UNTR menyusut 9% menjadi 51,6 juta ton. Sedangkan volume penjualan batubara menurun 4% menjadi 2,81 juta ton.
Marwan menyebutkan. penjualan Komatsu UNTR sedikit di bawah ekspektasi. Penjualan Komatsu setara 44,4% target 2015 yang sebanyak 3.100 unit. Sementara produksi batubara sejalan dengan ekspektasi.
Beratnya alat berat
Reza melihat UNTR menghadapi tantangan untuk meningkatkan penjualan alat berat. Dengan harga komoditas yang tak kunjung membaik, dia menyarankan UNTR memperluas penjualan alat berat ke sektor konstruksi.
Menurut Thendra, penjualan alat berat UNTR berpotensi naik di masa mendatang. Sebab, ada harapan penjualan alat berat terangkat oleh proyek infrastruktur.
Di semester I 2015, Kementerian Pekerjaan Umum baru menyerap 16% dari anggaran belanja sebesar Rp 118 triliun. Dengan target penyerapan anggaran di atas 90%, maka peluang pembangunan infrastruktur di semester kedua menjadi lebih besar.
Selain itu, UNTR meraih tambahan pendapatan dari penjualan bus Scania yang dipakai Transjakarta. Thendra menyebutkan penjualan Scania mulai dicatatkan pada tahun 2015. Penjualan Scania akan membesar di tahun depan.
Thendra dan Marwan merekomendasikan hold saham UNTR dengan target masing-masing Rp 21.650 per saham dan Rp 21.200 per saham. Adapun Reza menyarankan jual dengan target Rp 19.450 per saham. Harga UNTR di bursa kemarin merosot 2,50% menjadi Rp 19.500 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News