Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Dupla Kartini
JAKARTA. PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) tengah agresif meningkatkan produksi Divisi Home and Personal Care (HPC). Lini bisnis ini merupakan penyumbang terbesar penjualan emiten sektor barang konsumsi tersebut.
Selain HPC, Joni Wintarja, Analis NH Korindo, menerangkan, pendapatan UNVR berasal dari Divisi Food and Refreshment (FR). Nah, "Pendapatan UNVR lebih besar berasal dari HPC. Porsinya mencapai 70% sementara porsi FR hanya 30% dari total penjualan," ungkap Joni kepada KONTAN, Senin (24/7).
Dalam riset Rabu (19/7), Analis Mandiri Sekuritas Adrian Joezer bilang, fokus UNVR pada Divisi HPC terlihat dari peningkatan produksi, baik dengan cara mengeluarkan merek dagang baru maupun meluncurkan ulang merek produk. Hasilnya, produksi HPC melonjak 57% secara year to date (ytd) per Mei 2017. Di periode yang sama 2016, hanya naik 47%.
Salah satu produksi Divisi HPC yang meningkat adalah produk skin care. Produksi produk perawatan kulit naik 29% secara ytd. Selama masa yang sama tahun lalu, kenaikannya cuma sebesar 16%.
Menurut Adrian, pencapaian UNVR ini sesuai dengan laju pertumbuhan majemuk tahunan (CAGR) produk skin care yang rata-rata sebesar 21% dari 2010 hingga 2016.
Menurut Joni, margin dari produk-produk Divisi HPC naik, dari 52,8% di 2014 menjadi 55,2% pada 2016. Penyebabnya, pelemahan harga minyak kelapa sawit (CPO) yang menjadi bahan baku oleokimia. Namun, ia memperkirakan, margin dari segmen ini di 2017 tidak akan melonjak drastis karena harga CPO akan kembali stabil.
Di sisi lain, Joni menyebutkan, meski Divisi FR hanya berkontribusi 30% dari total penjualan UNVR, lini bisnis ini memiliki tingkat pertumbuhan penjualan yang lebih tinggi. "Kontribusi kategori FR meningkat, dari 27,1% di 2013 menjadi 31,4% pada 2017 terhadap total penjualan Unilever," beber Joni.
Daya beli tumbuh
Adrian menilai, langkah UNVR menggenjot bisnis HPC masih sesuai ekspektasi. Dan, peluncuran produk baru yang mampu membantu kinerja UNVR ke depan adalah TRESemme dan Citra.
Tapi, Andrian melihat upaya UNVR masih kurang dalam memunculkan produk kosmetik. Meski begitu, sebagai langkah diversifikasi, dalam waktu dekat UNVR akan merilis produk kosmetik baru dengan merek Lakme.
Dengan kinerja UNVR yang stabil serta valuasi yang tinggi, Adrian merekomendasikan hold untuk saham UNVR. "Agresifnya ekspansi pada bisnis personal care bisa mendukung pertumbuhan pendapatan dan laba hingga jangka menengah," kata Adrian yang memasang target harga di Rp 46.550 per saham.
Dan, penjualan consumer good sangat bergantung pada kemampuan daya beli masyarakat. Joni memperkirakan, penjualan UNVR hingga akhir tahun akan tumbuh baik, seiring dengan membaiknya pertumbuhan ekonomi Indonesia, dari 5,02% di 2016 menjadi 5,15% pada 2017.
Laju pertumbuhan penjualan UNVR dua tahun terakhir cukup kencang, dari 5,7% di 2015 menjadi 9,8% pada 2016.
Joni memproyeksikan, hingga akhir 2017 UNVR mampu mencatatkan pertumbuhan penjualan sebesar 10%. Tahun lalu, pemilik 31 merek dagang di Indonesia ini mengantongi pendapatan mencapai Rp 40,05 triliun, dengan laba bersih Rp 6,39 triliun.
Joni memperkirakan, tahun ini pendapatan UNVR akan tumbuh 10,0% menjadi Rp 44 triliun. Sementara laba bersihnya naik 15,5% jadi Rp 7,38 triliun. Ia merekomendasikan buy, dengan target Rp 57.600 per saham.
Segendang sepenarian dengan Adrian, Analis RHB Sekuritas Andrey Wijaya melihat pertumbuhan pendapatan UNVR stabil dengan arus kas (cash flow) kuat. Dus, ia memperkirakan, pendapatan dan laba UNVR tumbuh 12% masing-masing menjadi Rp 45 triliun dan Rp 7 triliun.
Andrey merekomendasikan hold saham UNVR, dengan target harga Rp 48.500 per saham. Senin (24/7), harga saham UNVR senilai Rp 48.350 per saham, naik 1,31% dibanding hari sebelumnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News