kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.926.000   -27.000   -1,38%
  • USD/IDR 16.520   -20,00   -0,12%
  • IDX 6.833   5,05   0,07%
  • KOMPAS100 987   -1,19   -0,12%
  • LQ45 765   1,61   0,21%
  • ISSI 218   -0,33   -0,15%
  • IDX30 397   1,17   0,30%
  • IDXHIDIV20 467   0,48   0,10%
  • IDX80 112   0,13   0,12%
  • IDXV30 114   0,08   0,07%
  • IDXQ30 129   0,38   0,29%

Unilever Hadapi Tantangan Serius di Indonesia, CEO Baru Diharapkan Bawa Perubahan


Rabu, 05 Maret 2025 / 16:24 WIB
Unilever Hadapi Tantangan Serius di Indonesia, CEO Baru Diharapkan Bawa Perubahan
Merek-merek Unilever Indonesia berhasil memborong 18 penghargaan di MMA Smarties Awards 2024 sebagai ajang tolak ukur bagi para profesional untuk menunjukkan pencapaian terbaik dalam melahirkan kampanye inovatif dan berdampak.


Reporter: Noverius Laoli | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - Fernando Fernandez resmi menjabat sebagai CEO Unilever plc di tengah tantangan besar di Indonesia. Perusahaan multinasional ini menghadapi persaingan ketat dari produsen lokal seperti Wings Group yang menawarkan harga lebih rendah dan strategi distribusi yang lebih fleksibel.

Produk Unilever, seperti deterjen Rinso dan kecap Bango, semakin tergerus oleh merek lokal yang lebih murah. Urbanisasi dan inflasi mendorong konsumen beralih ke toko kecil dan minimarket, yang lebih mengutamakan barang dengan harga terjangkau. 

Mengutip Theed Edge Malaysia, Rabu (5/3), sementara itu, Unilever kesulitan menyesuaikan strategi, terbukti dari penurunan laba bersih 30% pada 2024 dan kemunduran pasar selama enam tahun berturut-turut.

Baca Juga: CEO Baru Ingin Jadikan Starbucks Kembali Sebagai Kedai Kopi Lagi

Menurut analis, pesaing lokal Unilever bersedia memangkas harga demi pangsa pasar, sementara Unilever lebih fokus pada keuntungan, sehingga sering kali terlambat merespons dinamika pasar. 

Fernandez, yang memiliki pengalaman di pasar negara berkembang, diharapkan mampu membalikkan keadaan dengan strategi yang lebih lokal dan adaptif.

Indonesia, dengan kontribusi lebih dari 3% terhadap penjualan global Unilever, menjadi indikator penting bagi pasar berkembang lainnya. Namun, tren menunjukkan dominasi merek lokal semakin kuat.

Studi Boston Consulting Group menegaskan bahwa strategi lama perusahaan multinasional mulai kehilangan efektivitas, seiring dengan meningkatnya daya saing merek dalam negeri.

Baca Juga: Baru Menjabat Kurang 2 Tahun, Unilever Ganti CEO Lagi untuk Percepat Transformasi

Selain persaingan harga, Unilever juga menghadapi dampak boikot terhadap produk-produk Barat akibat konflik Gaza. Hal ini semakin menekan penjualannya di pasar negara berkembang, termasuk Indonesia.

Fernandez menyatakan akan memperbaiki strategi Unilever agar lebih kompetitif. Namun, tantangan utama tetap pada harga, distribusi, dan daya tarik produk di pasar massal. 

Jika tidak segera beradaptasi, Unilever berisiko kehilangan pangsa pasar lebih besar di Indonesia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Cara Praktis Menyusun Sustainability Report dengan GRI Standards Strive

[X]
×