kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.443.000   13.000   0,91%
  • USD/IDR 15.155   87,00   0,57%
  • IDX 7.743   -162,39   -2,05%
  • KOMPAS100 1.193   -15,01   -1,24%
  • LQ45 973   -6,48   -0,66%
  • ISSI 227   -2,76   -1,20%
  • IDX30 497   -3,22   -0,64%
  • IDXHIDIV20 600   -2,04   -0,34%
  • IDX80 136   -0,80   -0,58%
  • IDXV30 141   0,18   0,13%
  • IDXQ30 166   -0,60   -0,36%

Ubah haluan investasi pasca krisis 1998


Jumat, 31 Januari 2014 / 07:35 WIB
ILUSTRASI. Sejumlah truk melintas. ANTARA FOTO/Dedhez Anggara/foc.


Reporter: Veri Nurhansyah Tragistina | Editor: Sofyan Hidayat

JAKARTA. Selalu ada pelajaran berharga dari setiap krisis yang terjadi. Kalimat bijak itu nampaknya cocok untuk menggambarkan perjalanan investasi Direktur Sucorinvest Asset Management, Donny Nuriawan.

Pria yang telah terjun di dunia pasar modal sejak tahun 1997 ini termasuk salah satu korban krisis moneter yang terjadi pada tahun 1998. "Ketika itu, portofolio saham saya anjlok sekitar 80%," kenang Donny.

Kerugian yang sangat besar tersebut tentunya menyesakkan hati Donny. Terlebih, saat itu Donny termasuk pemain baru baik sebagai profesional maupun  sebagai investor di pasar modal. Namun, pria lulusan University of New Orleans ini tak lantas terpuruk dengan kerugian besar yang dideritanya.

Donny memilih mengambil hikmah dan menjadikan momen tersebut untuk memikirkan ulang strategi investasinya. Sebelum krisis  tahun 1998, Donny termasuk investor saham yang berkarakter sangat agresif.
Dia memilih saham-saham bervolatilitas tinggi ketimbang yang memiliki fundamental bagus. Maklum, jiwa muda Donny menggelora sehingga tergoda untuk meraih keuntungan besar secara instan.
"Mentalitas saya ketika itu trading  saham jangka pendek, berharap meraih untung 1%-2% dari setiap transaksi," ungkap Donny.

Strategi seperti itu ternyata menghadirkan nestapa tatkala krisis moneter melanda Asia, termasuk Indonesia. Harga saham-saham yang dipegang Donny berjatuhan hanya dalam waktu singkat.

Bahkan, salah satu saham Donny, yaitu PT Bank Mashill Utama Tbk ditendang (delisting) dari Bursa Efek Indonesia (BEI). "Sampai sekarang saya masih memegang script sahamnya, buat kenang-kenangan," kata Donny.

Selepas krisis, Donny mengubah strategi investasinya secara total. ia bahkan mengurangi secara signifikan porsi investasinya di saham. Tak hanya itu, strategi pemilihan saham juga diubah. Jika sebelumnya, Donny lebih mengandalkan analisis teknikal, kini fundamental.

Tujuan investasi Donny pun bergeser dari sekadar trader jangka pendek menjadi investor yang berorientasi investasi jangka panjang. "Saya sekarang cuma beli saham yang fundamentalnya bagus, terus disimpan dalam jangka waktu lama," terang Donny.

Sebagai gantinya, Donny berinvestasi di reksadana dan properti. Ia memiliki hampir semua jenis reksadana baik itu saham, campuran maupun pendapatan tetap. Investasi di reksadana dinilai Donny terbilang praktis karena tidak menyita banyak waktunya berkarier sebagai profesional.

Agar hasilnya optimal, Donny menyatakan investor  hanya perlu memilih manajer investasi yang terbukti memiliki performa bagus. Selanjutnya, ia tinggal memonitor imbal hasil (return) setiap produk reksadana yang dibelinya.

Donny mengimbangi investasi di pasar modal dengan sektor riil, terutama properti. Saat ini, mayoritas investasinya ditempatkan pada aset properti, yakni sekitar 60%.

Dia mengaku banyak berinvestasi dalam bentuk lahan dan apartemen. Investasi di dua jenis properti itu dilakukan dengan tujuan berbeda.
Donny menjadikan lahan sebagai investasi jangka panjang sekitar 10 tahun hingga 15 tahun. "Kalau beli lahan, ekspektasinya jangan untuk jangka pendek karena tidak likuid," jelas Donny.

Sebaliknya, keputusan Donny membeli apartemen justru untuk meraih dana produktif. Donny biasanya membeli apartemen di daerah-daerah kampus untuk kemudian disewakan.

Skema seperti itu membuat Donny tidak perlu mengeluarkan uang tambahan untuk membayar cicilan apartemen. "Prinsip saya, aset harus bekerja untuk saya," tegas Donny. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Distribution Planning (SCMDP) Supply Chain Management Principles (SCMP)

[X]
×