Reporter: Ika Puspitasari | Editor: Herlina Kartika Dewi
Dengan adanya pengembangan itu, nantinya total kapasitas smelter feronikel menjadi 250.000 metrik ton per tahun. Sementara ini kapasitas yang sudah beroperasi atau tahap satu sebesar 100.000 metrik ton.
Analis Oso Sekuritas Sukarno Alatas menilai rencana rights issue DKFT secara umum akan memberikan sentimen positif lantaran bertujuan untuk investasi perusahaan.
Meski begitu, larangan ekspor bijih nikel oleh pemerintah akan menjadi sentimen negatif dalam jangka pendek hingga menengah untuk DKFT.
Secara jangka panjang, larangan ekspor bijih nikel ini akan berdampak positif karena bertujuan untuk menggeber pembangunan smelter.
Baca Juga: Central Omega Resources terkendala ketersediaan tenaga kerja asing
“Nanti penjualan tidak dalam bentuk mentah lagi, sudah dilakukan tahap pencucian dan lain sebagainya. Nah hasilnya jauh lebih besar dibandingkan perusahaan hanya menjual bijih nikel yang masih mentah,” paparnya.
Ia menyarankan investor untuk wait and see mengingat tren harga DKFT masih cenderung turun dan belum ada sinyal transisi untuk membalikkan arah.
Pada penutupan perdagangan Jumat (15/11), saham DKFT ditutup melemah 1,70% ke harga Rp 173 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News