kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Trump: Kenaikan harga minyak bukan masalah


Selasa, 17 September 2019 / 07:39 WIB
Trump: Kenaikan harga minyak bukan masalah
ILUSTRASI. Ledakan di kilang minyak Aramco, Abqaiq, Arab Saudi (14/9/2019).


Reporter: Wahyu Tri Rahmawati | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak turun setelah meroket pada perdagangan kemarin. Selasa (17/9) pukul 7.13 WIB, harga minyak west texas intermediate (WTI) untuk pengiriman Oktober 2019 di New York Mercantile Exchange berada di US$ 61,91 per barel.

Harga minyak acuan Amerika Serikat (AS) ini turun 1,57% jika dibandingkan dengan harga penutupan kemarin pada US$ 62,90 per barel. Kemarin, harga minyak WTI ini ditutup naik 14,68%.

Sejalan, harga minyak brent untuk pengiriman November 2019 di ICE Futures pagi ini turun 1,29% ke US$ 68,13 per barel daripada harga awal pekan. Kemarin, harga minyak acuan internasional ini naik 14,61% ke level US$ 69,22 per barel.

Baca Juga: Saat IHSG melempem, saham minyak dan batubara ini moncer

Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengatakan, lonjakan harga minyak akibat serangan terhadap fasilitas minyak Arab Saudi tidak menjadi masalah. "Harga minyak tidak naik terlalu tinggi dan kami memiliki cadangan minyak strategis yang sangat besar. Kami bisa mengeluarkan cadangan sedikit dan negara-negara lain juga. Ini akan menurunkan harga dengan cepat," kata Trump kemarin, seperti dikutip Reuters.

Pada perdagangan kemarin, harga minyak sempat melonjak hingga 19% di awal perdagangan. Tapi, lonjakan harga ini kemudian menurun. Lonjakan harga ini terjadi setelah serangan drone pada fasilitas minyak Saudi yang bisa menutup 5% pasokan minyak global.

Baca Juga: Wall Street turun akibat potensi kenaikan harga bahan bakar, saham energi menguat

Serangan ini melumpuhkan setengah produksi minyak Arab Saudi. "Saudi mampu mempertahankan tanah air dan warga negaranya, dan akan merespons sepenuhnya atas serangan tersebut," ungkap Kementerian Luar Negeri Saudi dalam pernyataan yang dikutip Reuters.

"Serangan pada infrastruktur Saudi ini mengejutkan pasar yang selama ini lebih fokus pada aspek permintaan, bukan suplai," kata Tony Headrick, analis pasar energi CHS Hedging LLC kepada Reuters. Dia menambahkan, pembalikan outlook pasokan ini menyebabkan pasar memburu minyak.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×