Reporter: Herlina KD | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tropical Lanscapes Finance Facility (TLFF) meluncurkan obligasi keberlanjutan (sustainability bond) senilai US$ 95 juta atau sekitar Rp 1,3 triliun. Transaksi ini adalah obligasi keberlanjutan korporasi pertama di Asia dan obligasi keberlanjutan yang pertama di Asean.
Hasil obligasi ini akan digunakan untuk mendanai PT Royal Lestari Utama, perusahaan patungan antara Michelin Prancis dan Grup Barito Pacific untuk produksi karet alam yang ramah iklim dan satwa liar di Provinsi Jambi dan Provinsi Kalimantan Timur.
Obligasi besuku bunga tetap senilai US$ 95 juta ini terdiri dari beberapa kategori. Yakni, pertama, surat utang kelas A sebesar US$ 30 juta dengan jatuh tempo pembayaran tahun 2033. Kedua, Surat utang kelas B1a senilai US$ 20 juta dengan jatuh tempo pembayaran tahun 2033. Ketiga, surat utang kelas B1b senilai US$ 15 juta dengan jatuh tempo pembayaran tahun 2023. Keempat, surat utang kelas B1c senilai US$ 15 juta dengan jatuh tempo pembayaran tahun 2025. Kelima, surat utang kelas B2 senilai US$15 juta dengan jatuh tempo pembyaran tahun 2033. Surat utang kelas A telah mendapat peringkat Aaaa dari Moody's.
Obligasi berkelanjutan ini akan dilakukan melalui beberapa tahapan pembiayaan yang telah disiapkan oleh BNP Paribas dan dikeluarkan oleh TLFF I Pte.Ltd.
Direktur Utama Royal Lestari Utama (RLU) David Sulaiman mengatakan perusahaan merasa terhormat dapat mengambil langkah penting ini bersama TLFF dalam membentuk kemitraan yang berdampak positif bagi pengembangan industri karet yang berkelanjutan. "Proyek ini mendemonstrasikan komitmen kami terhadap pasar karet yang berkembang dan berkelanjutan untuk negara ini, dan dukungan positif bagi masyarakat setempat," jelasnya seperti dikutip dari keterangan resminya Senin (26/2).
Proyek ini merupakan kolaborasi dengan WWF yang telah bekerjasama dengan Michelin dan Royal Lestari Utama dalam melindungi hutan dengan cadangan karbon tinggi dan nilai karbon tinggi yang tersisa di kawasan HTI RLU. Dari luasan HTI 88.000 hektare (ha), sekitar 45.000 ha akan dicadangkan untuk mata pencaharian masyarakat setempat dan kegiatan konservasi.
Hingga Desember 2017, 18.100 ha perkebunan karet sudah ditanami. Nantinya, oblikasi TLFF yang diterbitkan ini akan berkontribusi pada pembiayaan pengembangan lebih lanjut perkebunan, dimana United States Agency for International Development (USAID) telah memberi jaminan kredit sebagian untuk transaksi tersebut.
Kuntoro Mangkusubroto, ketua TLFF menyambut keselarasan proyek ini dengan pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan melalui pendekatan triple bottom line holistik yang menempatkan masyarakat dan alam sebagai inti dari semua proyek TLFF.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News