kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.871.000   -20.000   -1,06%
  • USD/IDR 16.445   -75,00   -0,45%
  • IDX 7.107   66,36   0,94%
  • KOMPAS100 1.034   12,73   1,25%
  • LQ45 806   9,73   1,22%
  • ISSI 223   1,91   0,86%
  • IDX30 421   5,94   1,43%
  • IDXHIDIV20 502   10,81   2,20%
  • IDX80 116   1,41   1,23%
  • IDXV30 120   2,66   2,27%
  • IDXQ30 138   2,04   1,50%

Trisula tahan kenaikan rerata harga jual


Senin, 22 Februari 2016 / 19:49 WIB
Trisula tahan kenaikan rerata harga jual


Reporter: Dityasa H Forddanta | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Outlook perekonomian tahun ini bakal lebih stabil. Hal ini mendorong para peritel modern untuk menahan level rerata harga jual atau average selling price (ASP) produknya guna membuat permintaan semakin semarak. PT Trisula International Tbk (TRIS) misalnya.

Lisa Tjahyadi, Direktur Utama TRIS bilang, manajemen berupaya untuk tidak menaikan ASP produknya tersebut sepanjang tahun ini. Apalagi untuk produk-produk dasar yang sudah menjadi kebutuhan dasar bagi para pecinta fashion keluaran TRIS.

Andai pun ada kenaikan, kenaikan ini pun akan dilakukan untuk produk TRIS yang berkatogori premium. Pasalnya, produk dengan kategori ini juga membutuhkan bahan baku yang lebih mahal ketimbang produk standar demi menjual kualitas. Kenaikannya pun sebatas 6% hingga 8%.

"Semuanya dilakukan demi menjaga bottom line kami," ujar Lisa kepada KONTAN belum lama ini.

Dengan langkah tersebut, diharapkan target kinerja perseroan tahun ini bisa terealisasi. TRIS menargetkan pertumbuhan penjualan 10% dibanding tahun lalu. Namun demikian, sisi optimisnya, TRIS melihat ada kesempatan untuk tumbuh hingga 15% di tahun ini.

Tapi, semua upaya tersebut juga bergantung pada kondisi makro yang ada. Percepatan proyek infrastruktur pemerintah diharapkan mampu memicu adanya lapangan kerja baru.

Sehingga, hal ini bisa menjadi penetralisir atas PHK yang dilakukan oleh sejumlah perusahaan besar beberapa waktu lalu. Dengan kata lain, apa yang dikerjakan pemerintah diharapkan mampu menjaga daya beli masyarakat.

Kenaikan upah buruh dan biaya impor yang sebelumnya sudah dinaikan juga menjadi perhatian manajemen. Maklum saja, dua hal ini merupakan faktor yang paling menentukan naik atau tidaknya ASP produk perseroan. Ini karena porsinya yang besar terhadap total beban TRIS.

Kuartal III tahun lalu, TRIS mengeluarkan biaya produksi senilai Rp 423 miliar. Dari total jumlah tersebut, selain bahan baku, upah langsung dan beban jasa merupakan kontributor terbesar total, masing-masing Rp 85,85 miliar dan Rp 119,98 miliar.

"Ketidakpastian perekonomian global juga menjadi perhatian. Oleh karena itu, komitmen pemerintah untuk menjaga perekonomian tetap kondusif sangat diperlukan," jelas Lisa.

Internal TRIS sendiri juga perlu bersiap. Selain sebisa mungkin menahan ASP, perseroan juga menganggarkan belanja modal tahun 2016 sebesar US$ 1,5 miliar.

Sekitar 80% belanja modal tersebut akan digunakan untuk menambah mesin baru dan biaya peremajaan mesin lama. Sementara 20%-nya akan dialokasikan untuk pembangunan gudang dan kantor untuk penetrasi pasar domestik.

Sebagai informasi, sepanjang 2015, perusahaan yang memiliki kode bursa TRIS ini memiliki 23 line produksi.

Lisa juga belum bisa merinci alokasi biaya untuk pembangunan gudang serta toko dari belanja modal 2016. Alasannya, hingga saat ini lokasi pembangunan kantor dan gudang belum ditentukan. Namun, dia memperkirakan, kebutuhan lahan untuk gudang dan kantor berkisar 3.000- 5.000 meter persegi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
[Intensive Workshop] AI-Driven Financial Analysis Thrive

[X]
×