Reporter: Intan Nirmala Sari | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tren reksadana pendapatan tetap diyakini masih akan positif hingga akhir 2020. Hal ini ditopang oleh tren penurunan suku bunga acuan yang menjadikan yield aset obligasi kian menarik dan layak untuk dilirik. Reksadana pendapatan tetap berpotensi memberikan return 8%-10% sepanjang 2020.
Mengutip data Infovesta Utama, indeks Infovesta 90 Fixed Income Fund Index catatkan kinerja terbaik kedua setelah reksadana saham sepanjang Juli 2020. Infovesta 90 Fixed Income Fund Index berhasil mencatatkan kenaikan sebanyak 1,97% secara month on month (mom), bahkan secara year to date (ytd) reksadana pendapatan saham tersebut berada di posisi teratas sebagai reksadana dengan kinerja terbaik dengan tumbuh 4,43%.
Chief Investment Officer Fixed Income PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI) Ezra Nazula mengatakan, produk reksadana pendapatan tetap MAMI dikelola dengan manajemen yang aktif dan dinamis untuk dapat menghasilkan kinerja yang optimal. "Kami selalu mencari peluang yang tepat melalui seleksi tenor dan series yang memiliki value dan dapat meningkatkan kinerja portofolio," kata Ezra kepada Kontan.co.id, Selasa (4/8).
Baca Juga: CDS menurun, kepemilikan asing di SBN naik
Produk reksadana pendapatan tetap MAMI juga beragam, ada yang fokus pada obligasi pemerintah saja, dan ada juga kombinasi antara obligasi pemerintah dan korporasi. Untuk saat ini, Ezra mengungkapkan produk reksadana pendapatan tetap MAMI cenderung lebih besar di obligasi pemerintah.
Ke depan, MAMI menilai prospek reksadana pendapatan tetap masih akan terus menarik mengingat kondisi risiko global yang masih menghantui, disertai dengan berlangsungnya pembukaan ekonomi di negara-negara besar seperti Amerika Serikat (AS) dan China. Di samping itu, bank sentral di dunia kian gencar menjalankan kebijakan pelonggaran moneter atau quantitative easing di tengah penerapan suku bunga rendah.
Ditambah lagi, Bank Indonesia juga mengikuti langkah bank sentral lain untuk melakukan pelonggaran moneter, dengan cara mengikuti siklus penurunan suku bunga dan ini dapat menjadi sentimen positif menopang pasar obligasi. "Kondisi tersebut menyebabkan inflow masuk ke pasar emerging markets, dilihat dari nilai tukar rupiah yang kembali stabil," ungkap dia.
Baca Juga: Reksadana saham moncer, reksadana pendapatan tetap masih jadi pilihan paling menarik
Indonesia sebagai negara yang menawarkan imbal hasil relatif tinggi di kisaran 6,8% diungkapkan Ezra bakal menjadi incaran investor. Bahkan, investor asing diyakini dapat kembali masuk ke pasar surat utang negara (SUN).
Selain itu, kebijakan terbaru yakni burden sharing antara BI dan pemerintah dengan skema monetisasi utang diyakini Ezra dapat membantu mengurangi tekanan supply penerbitan obligasi.
Untuk itu, Ezra memproyeksikan imbal hasil 10 tahun berada di kisaran 6,5% akhir tahun ini, dan tidak menutup kemungkinan bisa lebih rendah mengingat dana asing yang belum banyak kembali masuk pasar obligasi Indonesia. "Jika menggunakan indeks obligasi seperti BINDO, maka tidak menutup kemungkinan kinerja reksadana pendapatan tetap full year 2020 di kisaran 8% hingga 10%," tandasnya.
Baca Juga: Hati-hati beli emas, simak tips menyusun portofolio berikut
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News