kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Tren suku bunga rendah berpeluang bikin kinerja INDON makin moncer


Minggu, 01 November 2020 / 14:22 WIB
Tren suku bunga rendah berpeluang bikin kinerja INDON makin moncer
ILUSTRASI. Investor ritel pun bisa menjadikan instrumen yang satu ini sebagai salah satu aset portofolio mereka.


Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Obligasi negara berdenominasi dolar Amerika Serikat (AS) atau INDON masih jadi pilihan instrumen investasi yang menarik di tengah kondisi saat ini. Investor ritel pun bisa menjadikan instrumen yang satu ini sebagai salah satu aset portofolio mereka.

Head of Business Development Division Henan Putihrai Asset Management Reza Fahmi menilai, INDON ritel saat ini merupakan pilihan investasi yang patut dipertimbangkan. Misalnya dari segi yield, Reza bilang INDON memberikan yield yang lebih baik daripada berinvestasi langsung di Amerika Serikat.

“Selain itu, investor juga bisa menikmati tiga keuntungan lainnya dari berinvestasi INDON, yakni capital gain, kupon, dan selisih kurs. Apalagi ke depan, The Fed Rate dovish kami proyeksikan akan bertahan setidaknya hingga 2023 sehingga peluang INDON masih tetap menarik,” kata Reza kepada Kontan.co.id, Kamis (29/10).

Namun, Reza menilai sentimen dari dari pemulihan ekonomi di AS akan berpengaruh terhadap kinerja INDON. Ini karena proses pemulihan ekonomi tersebut bersinggungan dengan angka inflasi di AS.

Baca Juga: Kinerja apik, INDON bisa jadi pilihan investasi alternatif

Bagi investor yang tertarik, Reza mengingatkan bahwa peminat obligasi secara umum saat ini sedang meningkat tajam. Sehingga hal ini akan berpotensi membuat yield bergerak secara terbatas. Terlebih, harga INDON juga sudah lebih tinggi.

“Jika memang tertarik dengan instrumen INDON, investor bisa pilih yang jangka menengah karena volatility masih terukur, namun memberikan kupon 3%-4% dan yield 2%-3% yang lebih baik daripada deposito dolar AS,” sambung Reza.

Sementara Head of Investment Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana mengaku untuk pilihan INDON, rekomendasinya bergantung pada kebutuhan investor. Jika memang ingin optimalkan imbal hasil, maka tenor menengah-panjang bisa jadi pilihan karena harga akan naik. Tapi jika ingin kestabilan, maka INDON jangka pendek bisa jadi pilihan walau konsekuensinya imbal hasilnya akan lebih rendah dari yang jangka panjang.

Bagi investor ritel yang tertarik untuk membeli INDON ritel, obligasi ini bisa didapat melalui pembelian ke perbankan maupun sekuritas atau langsung lewat broker di pasar sekunder. Hanya saja, Wawan mengingatkan terdapat kelebihan dan kekurangan dari masing-masing pilihan.

Baca Juga: Obligasi korporasi jatuh tempo bulan ini mencapai Rp 3,63 triliun

Jika beli langsung, transaksi minimal INDON cukup mahal yakni US$ 100.000, tapi harga jual maupun belinya akan sesuai dengan kondisi pasar. Di satu sisi, likuiditas bisa jadi hambatan, karena sebelum menjual kembali, investor harus terlebih dahulu menemukan pembeli yang bersedia.

Sementara jika lewat perbankan maupun sekuritas, transaksi minimal bisa lebih rendah karena bisa ditebus dengan minimal dana US$ 10.000. Namun, ketika hendak dijual kembali, Wawan bilang biasanya hanya bisa dijual kembali ke tempat investor membelinya. Selain itu, harganya akan di bawah pasaran. Namun, investor tidak akan kesulitan untuk menjualnya, karena perbankan atau sekuritas pasti akan mau membeli kembali.

“INDON secara umum merupakan instrumen yang menarik karena sebagai obligasi, instrumen ini akan memberikan kupon yang berkisar 4%-5%. Jadi, selama di-hold akan terima bunga secara reguler. Sehingga dalam periode 2-3 tahun, setidaknya ketika harga naik, dengan adanya kupon kemungkinan tidak akan merugi,” sambung Wawan.

Baca Juga: Naik 5,30% bulan Oktober, IHSG belum mampu menutup penurunan September

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×