Reporter: Wuwun Nafsiah | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Platinum berada dalam tren positif seiring laju pergerakan komoditas logam mulai secara umum. Peluang kenaikan diperkuat dengan potensi adanya defisit global.
Mengutip Bloomberg, Senin (5/9) pukul 18.23 WIB, harga platinum kontrak pengiriman Desember 2016 di New York Mercantile Exchange menguat 0,72% ke level US$ 1.071,55 per ons troi dibanding sehari sebelumnya.
Kenaikan harga platinum seiring dengan harga emas lantaran dipicu oleh rilis data tenaga kerja AS yang mengecewakan. Deddy Yusuf Siregar, Analis PT Asia Tradepoint Futures mengatakan, pergerakan harga platinum secara umum memang berbanding lurus dengan emas.
Selama delapan bulan pertama tahun ini pun, platinum menanjak 17,7%. "Kenaikan suku bunga The Fed yang belum pasti telah mengangkat harga platinum," kata Deddy.
Sebaliknya, harga platinum mencatat level terendah sejak Juli 2015 di US$ 821,4 per ons troi pada 20 Januari lantaran tertekan oleh tingginya peluang kenaikan suku bunga The Fed serta melambatnya aktivitas manufaktur di China.
Secara fundamental, harga platinum mendapat dukungan dari potensi defisit. Citibank memprediksi cadangan platinum global akan mengalami defisit sebesar 172.000 ton tahun ini. Gangguan produksi dari tambang platinum di Afrika menekan angka produksi.
Di sisi lain, permintaan platinum sebagai bahan auto catalyst kendaraan berbahan bakar diesel terus meningkat seiring dengan kenaikan penjualan mobil di Eropa dan China.
Harga platinum mencatat level tertinggi sejak Desember 2006 di US$ 1.183,1 per ons troi pada 10 Agustus lalu setelah China Passenger Car Association merilis data penjualan kendaraan bermotor di Tiongkok naik 23% dari bulan sebelumnya menjadi 1,6 juta unit atau level tertinggi dalam 17 bulan. Tidak hanya itu, pengiriman mobil di China juga naik ke level tertinggi dalam tujuh bulan menjadi 12,4 juta unit.
Tetapi kondisi overbought membuat harga platinum terkoreksi 8,4% sepanjang bulan Agustus. "Pelaku pasar melakukan aksi profit taking. Hal ini bersamaan dengan isu kenaikan suku bunga The Fed bulan September," papar Deddy.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
