Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Nilai tukar Rupiah menguat terhadap Dolar Amerika Serikat (AS) di perdagangan Kamis (20/3). Pelaku pasar merespons positif sinyal kebijakan moneter The Fed bakal lebih longgar.
Mengutip Bloomberg, Kamis (20/3), rupiah spot menguat 0,28% secara harian yang ditutup ke level Rp 16.485 per dolar AS. Senada dengan pergerakan di pasar spot, rupiah jisdor Bank Indonesia (BI) menguat 0,28% secara harian ke level Rp 16.481 per dolar AS.
Presiden Komisioner HFX International Berjangka Sutopo Widodo mencermati, tren penguatan rupiah hari ini dipengaruhi oleh sikap dovish The Fed. Bank sentral Amerika itu telah menahan suku bunga di kisaran 4,25% - 4,5%, yang sesuai dengan ekspektasi pasar.
Di samping itu, The Fed mengindikasikan bahwa mereka masih memperkirakan dua kali pemotongan suku bunga tahun ini yang telah melemahkan dolar AS. Walhasil, niai tukar rupiah mendapatkan dorongan dan berhasil menguat.
‘’Perkembangan positif di pasar global, seperti meredanya ketegangan geopolitik, juga telah meningkatkan minat risiko, sehingga menguntungkan mata uang negara berkembang seperti rupiah,’’ kata Sutopo kepada Kontan.co.id, Kamis (20/3).
Baca Juga: Rupiah Ditutup Menguat ke Rp 16.485 Per Dolar AS Pada Hari Ini 20 Maret 2025
Dari domestik, lanjut Sutopo, keputusan Bank Indonesia (BI) mempertahankan suku bunga stabil dan menerapkan langkah-langkah moneter pro-pertumbuhan telah mendukung rupiah. BI juga berupaya untuk menjaga inflasi dalam target dan menarik arus masuk modal asing yang dapat memperkuat mata uang.
Analis Doo Financial Futures Lukman Leong mengamati, rupiah menguat terhadap dolar AS didukung oleh kembalinya sentimen risk-on di pasar ekuitas domestik. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat 1.11% dari posisi kemarin ke level 6.381.674.
Nilai tukar Rupiah juga didukung oleh sikap dovish The Fed dalam FOMC. Seperti diketahui, The Fed mempertahankan suku bunga acuan FFR di kisaran 4,25%-4,50% yang sesuai prediksi pasar.
Kendati demikian, Lukman berpendapat bahwa rupiah masih sulit menguat. Potensi penguatan nilai tukar rupiah terhambat oleh memburuknya sentimen domestik seperti masalah defisit anggaran, belum adanya komitmen Bank Indonesia (BI) menjaga rupiah, serta isu Sri Mulyani mundur.
"Rupiah diperkirakan akan sulit melanjutkan penguatan mengingat sentimen domestik belum ada perubahan positif yang berarti," tutur Lukman kepada Kontan.co.id, Kamis (20/3).
Lukman memperkirakan, rupiah akan berkonsolidasi dengan potensi melemah terbatas seiring kemungkinan rebound indeks dolar AS. Terlebih lagi, tidak ada data ekonomi penting dari dalam negeri maupun luar negeri.
Baca Juga: The Fed Tahan Suku Bunga, Simak Efeknya Terhadap Pergerakan Rupiah
Sutopo turut menilai bahwa arah rupiah selanjutnya akan sangat bergantung pada dolar AS. Jika dolar terus melemah karena kebijakan Federal Reserve yang dovish, maka rupiah dapat menguat lebih lanjut. Sebaliknya, rupiah dapat melemah bila ada nada hawkish dari bank sentral AS.
Menurut Sutopo, Rupiah kemungkinan akan bergerak di kisaran Rp 16.400 – Rp 16.500 per dolar AS untuk besok Jumat (21/3). Senada, Lukman memperkirakan, rupiah bergerak di kisaran Rp 16.400 – Rp 16.500 per dolar AS di perdagangan akhir pekan, Jumat (21/3).
Selanjutnya: Sepanjang 2024, Amar Bank Telah Salurkan Kredit Tunaiku Senilai Rp 3 Triliun
Menarik Dibaca: Cerah dan Berawan, Simak Prakiraan Cuaca Jakarta Besok (21/3)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News