kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,52%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Tren Bearish Bitcoin Diperkirakan Belum Akan Berakhir dalam Waktu Dekat


Senin, 20 Juni 2022 / 15:50 WIB
Tren Bearish Bitcoin Diperkirakan Belum Akan Berakhir dalam Waktu Dekat
ILUSTRASI. bitcoin. REUTERS/Benoit Tessier


Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kejatuhan harga Bitcoin masih terus berlanjut. Pada Sabtu (18/6) kemarin, Bitcoin sempat anjlok ke level US$ 17.601 per BTC, atau yang terendah sejak November 2020 silam.

Namun, kini harga Bitcoin berhasil merangkak naik. Merujuk Coinmarketcap, pada hari ini, Senin (20/6) pukul 15.15 WIB, harga Bitcoin berada di level US$ 20.280,26 per BTC. Dalam 24 jam terakhir, harganya telah menguat 10,67%.

Trader Tokocrypto Afid Sugiono mengungkapkan, rebound tersebut terjadi lantaran nilai Bitcoin yang sudah oversold. Hal tersebut terlihat dari indikator Relative Strength Index (RSI) pada grafik mingguan yang sudah oversold. Artinya, tekanan jual sudah mereda, sehingga harganya bisa kembali naik dalam jangka pendek.

Dia juga melihat bahwa investor tampaknya memanfaatkan rendahnya volume trading di akhir pekan untuk melakukan buy the dip, sama seperti yang terjadi di pasar modal. 

Baca Juga: Harga Bitcoin Kembali di Atas Ambang Batas US$ 20.000, Tetap Bertahan?

“Mereka memutuskan memborong aset kripto saat ini, karena takut menunggu fase bullish yang lebih lama lagi, jadi berusaha untuk take profit secara singkat,” katanya kepada Kontan.co.id, Senin (20/6)

Lebih lanjut, ia meyakini Bitcoin masih sulit keluar dari tekanan dalam jangka pendek. Pasalnya, investor tetap cemas dengan inflasi yang tinggi, berlanjutnya kejatuhan ekonomi dari invasi Rusia ke Ukraina, dan kemungkinan meningkatnya resesi global. 

Belum lagi ada sentimen dari kekhawatiran mengenai rapuhnya sistem aset kripto. Hal ini muncul setelah platform Celsius sempat menghentikan proses withdrawals-nya, serta adanya rumor gagal bayar utang (insolvency) yang melanda perusahaan modal ventura, Three Arrows Capital.

“Saat ini, Bitcoin masih lemah dan tidak ada kejelasan di mana titik bottom yang akan ditujunya. Analisa teknikal tidak begitu berguna saat ini, tapi fundamental atau makroekonomi yang bisa menentukan arah Bitcoin,” imbuh Afid. 

Apalagi, saat ini indeks Fear & Greed Bitcoin juga masih bertahan di wilayah Extreme Fear selama berminggu-minggu dan kemarin Minggu (19/6) sempat berada di 6, mendekati level terendah sepanjang masa pada skala nol hingga 100.

Baca Juga: Simak Strategi Investasi yang Bisa Diterapkan Saat Crypto Winter

Jika berkaca dari data historis, jatuhnya harga Bitcoin setelah mencapai level All Time High (ATH) sudah pernah terjadi beberapa kali. 

Saat itu, kejatuhan Bitcoin pada 2015 perlu waktu sekitar 426 hari untuk akhirnya mencapai posisi bottom dari level ATH sebelumnya. Sementara pada periode 2017 perlu waktu sekitar 365 hari untuk mencetak bottom pada 2018. Lalu, dari puncak harga BTC pada Juni 2019, tren bearish berlangsung selama 274 hari. 

Sementara pada tren bearish saat ini, Bitcoin mencapai level ATH pada November 2021 silam. Jika menuju titik bottom perlu waktu antara 274 hari atau 365 hari, maka bottoming baru akan terjadi pada September atau November 2022 mendatang. Bahkan, jika menggunakan periode 426 hari, maka BTC baru dapat menemui titik bottom pada Januari 2023. 

Berdasarkan hitungan Afid, saat ini target pergerakan Bitcoin menuju penurunan hingga US$ 19.000 - US$ 15.500 dalam beberapa waktu ke depan. 

“Hanya sentimen kelonggaran kebijakan moneter The Fed yang memungkinkan beberapa likuiditas mengalir ke pasar keuangan, yang bisa memicu reli kripto berikutnya,” jelas Afid.

Namun, yang membedakan kondisi bearish saat ini dengan siklus sebelumnya adalah keberadaan investor institusional di Bitcoin. Afid menyebut sejauh ini belum ada institusi yang bersikap berbalik arah menjauh dari industri kripto saat market bearish. MicroStrategy saja yang dikhawatirkan akan melepas Bitcoin, kini tetap mempertahankan cadangan BTC-nya.

Di sisi lain, berdasarkan data Glassnode, investor whale Bitcoin (BTC) mengalami lonjakan hingga ke level tertinggi selama 4 bulan terakhir. Dia menyebut para whale ini diketahui memborong aset BTC yang harganya mengalami penurunan dengan melakukan aksi buy the dip.

Akan tetapi, strategi para whale tersebut umumnya memang menjual “saat harga tinggi” dan membeli “saat harga rendah”. Alhasil. kejatuhan Bitcoin di bawah US$ 20.000 adalah berita bagus, dan memungkinkan mereka untuk memborongnya dalam jumlah besar. 

“Artinya dari aksi investor institusi dan whale, mereka masih percaya dengan masa depan jangka panjang Bitcoin dan market kripto secara keseluruhan,” ungkapnya.

Dengan dinamika yang ada di pasar kripto saat ini, Afid menyarankan investor untuk tetap tenang dan tidak perlu panik mengingat kondisi bearish merupakan tren yang umum di dalam dunia kripto. Oleh karena itu, menurutnya investor bisa melakukan strategi Dollar Cost Averaging (DCA) dan buy the dip

“Namun, sekali lagi perhatikan dulu fundamentalnya apakah kripto yang dibeli akan mengalami kenaikan jangka panjang. Selalu lakukan riset dan manfaatkan waktu saat market bearish ini untuk lebih mendalami riset dan potensi investasi kripto,” tutup Afid.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×