Reporter: Intan Nirmala Sari | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tren kenaikan volume transaksi di Bursa Berjangka Jakarta (BBJ) diyakini masih akan berlanjut hingga akhir tahun. Bahkan, target 9 juta lot untuk volume transaksi sepanjang 2020 diyakini dapat ditembus akhir tahun nanti.
Berdasarkan data BBJ, hingga Juli 2020 BBJ berhasil membukukan total volume transaksi hingga 5,52 juta lot atau sekitar 63,04% dari target tahun ini yaitu 9 juta lot. Volume terbanyak datang transaksi bilateral yang mencapai 4,55 juta lot, sedangkan untuk transaksi multilateral mencapai 966.611 lot.
"Sesuai harapan kami, bahwa tren (transaksi) semester I-2020 bisa berlanjut ke semester II-2020, akhir tahun kami berharap bisa mencetak 9 juta lot," kata Direktur BBJ Lukas Lauw kepada Kontan.co.id, Senin (10/8).
Baca Juga: Di tengah pandemi, KBI bukukan kenaikan pendapatan 24,5%
Dari transaksi bilateral, kontribusi terbanyak datang dari volume transaksi loco yang mencapai 3,32 juta lot, disusul transaksi forex sebanyak 566.008 lot dan transaksi index sebanyak 499.338 lot. Sedangkan untuk multilateral, volume terbanyak datang dari kontrak kopi robusta sebanyak 241.469 lot.
Menariknya, volume transaksi perdagangan berjangka komoditi di Bursa Berjangka Jakarta (BBJ) mengalami pertumbuhan sebesar 31% dibandingkan dengan semester I-2019. Nah, secara year on year (yoy) kontrak volume gulir emas (mini) USD mencatatkan pertumbuhan tertinggi yakni 3.459%.
"Kami lihat ada interest dari para pelaku untuk memanfaatkan kontrak emas mini kami," ungkapnya.
Lukas menambahkan, tren pertumbuhan kontrak emas mini tersebut sudah berlangsung sejak Februari 2020 dan berlanjut hingga saat ini. Hal tersebut sejalan dengan meningkatnya minat masyarakat dikontrak safe haven, sebagaimana tampak juga pada kontrak emas lainnya yang ikut meningkat.
Ttren pergerakan volume transaksi di bursa berjangka sepanjang semester I-2020 diprediksi masih akan berlanjut hingga akhir tahun. Meskipun begitu, diakui ketidakstabilan ekonomi yang diakibatkan oleh geopolitik, pemilu Amerika Serikat (AS) dan pandemi akan terus mempengaruhi gejolak harga komoditi.
Meskipun begitu, Lukas menekankan hal terpenting dari perdagangan berjangka yakni adanya gejolak harga yang signifikan, dimana spekulator bisa memanfaatkan kenaikan atau penurunan harganya.
Adapun faktor-faktor yang bakal mempengaruhi pergerakan bursa berjangka seperti berlanjutnya perang dagang AS dengan China, perkembangan pandemi Covid-19 dan pemilu AS November 2020.
Baca Juga: Harga emas masih berupaya mendekati rekor tertinggi meski diwarnai koreksi
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News