Reporter: Wahyu Satriani | Editor: Wahyu T.Rahmawati
JAKARTA. Fenomena anomali pasar modal menjelang akhir tahun berupa window dressing diperkirakan sulit mengangkat harga obligasi korporasi di pasar sekunder. Memasuki pekan ketiga bulan Desember 2013, volume perdagangan obligasi korporasi di pasar sekunder tetap sepi.
Analis Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA) Fakhrul Aufa mengatakan, volume transaksi obligasi korporasi di pasar sekunder cenderung stabil di kisaran Rp 300 miliar per hari. Angka ini turun ketimbang transaksi obligasi konvensional bulan Oktober 2013 yang mencapai Rp 534 miliar per hari dan bulan November Rp 508 miliar.
Sepinya perdagangan disebabkan oleh masih tingginya volatilitas pasar. "Banyak investor memilih untuk menahan diri. Window dressing kemungkinan hanya terjadi di pekan terakhir Desember," kata Fakhrul, Minggu (15/12).
Akibatnya, harga obligasi korporasi anyar sulit terangkat di pasar sekunder. Fakhrul memperkirakan, harga obligasi cenderung stabil karena perdagangan yang tidak terlalu ramai.
Menjelang pergantian tahun ini, obligasi korporasi masih membanjiri Bursa Efek Indonesia (BEI). Setidaknya, ada tiga emisi obligasi baru senilai total Rp 1,5 triliun dicatatkan, akhir pekan lalu.
Misal, obligasi PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG) tahap I 2013 dicatatkan senilai Rp 740 miliar. Obligasi ini terbit dalam dua seri, yakni seri A senilai Rp 550 miliar bertenor satu tahun dan tingkat bunga tetap 9% per tahun. Seri ini akan jatuh tempo pada 22 Desember 2014.
Lalu, seri B senilai Rp 190 miliar bertenor tiga tahun dan tingkat bunga tetap 10% per tahun. Obligasi ini akan jatuh tempo 12 Desember 2016.
Hari Mantoro, Direktur Utama PT HSBC Securities Indonesia, salah satu penjamin pelaksana emisi obligasi TBIG mengatakan, obligasi TBIG mengalami kelebihan permintaan dibandingkan target semula Rp 500 miliar. "Respons pasar sangat bagus sehingga total emisi ditetapkan Rp 740 miliar," kata Hari kepada KONTAN, baru-baru ini.
PT Indomobil Finance juga menerbitkan obligasi senilai total Rp 210 miliar. Obligasi ini merupakan bagian dari penawaran umum berkelanjutan senilai Rp 4 triliun yang diterbitkan dalam jangka waktu dua tahun.
Sebelumnya, Indomobil menerbitkan penawaran umum berkelanjutan tahap I tahun 2012 senilai Rp 1,3 triliun dan tahap II tahun 2013 senilai Rp 612 miliar. Sisa penerbitan obligasi berkelanjutan Indomobil Finance masih Rp 2,1 triliun.
Untuk tahap III kali ini, obligasi Indomobil diterbitkan dalam tiga seri. Obligasi seri A senilai Rp 51 miliar dengan tenor satu tahun dan tingkat bunga tetap 9,25% per tahun. Obligasi ini akan jatuh tempo 21 Desember 2014.
Seri B diterbitkan senilai Rp 73 miliar dengan tenor tiga tahun dan tingkat bunga tetap 10,75%. Seri ini akan jatuh tempo 11 Desemer 2013. Seri C terbit senilai Rp 86 miliar dengan tenor empat tahun dan suku bunga tetap 11% per tahun. Seri ini akan jatuh tempo pada 11 Desember 2017.
Pembayaran kupon ketiga seri tersebut akan dilakukan setiap tiga bulanan. Adapun pembayaran bunga pertama dijadwalkan 11 Maret 2014.
Emisi surat utang lainnya, PT Summarecon Agung Tbk (SMRA) dengan total nilai Rp 600 miliar. Instumen investasi tersebut diterbitkan dalam dua jenis, yakni obligasi dan sukuk ijarah. Untuk obligasi dicatatkan senilai Rp 450 miliar dengan tenor lima tahun dan tingkat bunga tetap 10,85% per tahun. Obligasi ini akan jatuh tempo 11 Desember 2018.
Adapun, sukuk ijarah senilai Rp 150 miliar bertenor lima tahun dan akan jatuh tempo 11 Desember 2013. Cicilan imbalan ijarah untuk sukuk ini ditetapkan senilai Rp 16,27 miliar per tahun.
Dengan pencatatan ketiga obligasi tersebut, total emisi obligasi dan sukuk yang sudah tercatat sepanjang tahun 2013 adalah 57 emisi dari 45 emiten senilai Rp 55,65 triliun. Sementara itu, total emisi obligasi dan sukuk yang tercatat di BEI berjumlah 244 emisi dengan nilai nominal outstanding Rp 216,69 triliun dan US$100 juta, yang diterbitkan oleh 104 emiten.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News