Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja Bursa Komoditi dan Derivatif Indonesia atau Indonesia Commodity and Derivative Exchange (ICDX) rupanya tidak terlalu terdampak oleh pandemi Covid-19. Sepanjang semester I-2021, ICDX mampu mencatatkan pertumbuhan kinerja.
CEO ICDX Lamon Rutten menyebutkan, ICDX mencatatkan pertumbuhan transaksi multilateral sebesar 57,9% pada paruh pertama tahun ini. Pertumbuhan ini didominasi oleh pertumbuhan produk derivatif komoditas milik ICDX yang terdiri dari emas, minyak mentah, dan valuta asing (GOFX).
“Hingga Juni 2021, total transaksi GOFX telah mencapai 294.658 lot settled. Angka tersebut meningkat 137% jika dibanding dengan periode yang sama pada 2020. Sejak diluncurkan pada 2018, GOFX mencapai pertumbuhan rata-rata 900% setiap tahun,” kata Lamon kepada Kontan.co.id, Rabu (7/7).
Lamon bilang, untuk mendukung pertumbuhan tersebut, tahun ini ICDX telah meluncurkan empat kontrak spot kurs valuta asing baru yaitu NZDJPY (Micro), EURCHF (Micro), GBPCAD (Micro), dan CHFJPY.
Baca Juga: ICDX, PT Pos dan ICH bangun ekosistem syariah perdagangan fisik emas digital
Dari berbagai kontrak yang ada, Lamon mengatakan, kontrak emas GOLDUD Micro adalah kontrak yang paling banyak ditransaksikan dengan total transaksi periode 1 Januari 2021 - 30 Juni 2021 sebanyak 50.299 lot settled. Produk ini juga merupakan kontrak dengan pertumbuhan transaksi tertinggi dibanding periode yang sama tahun lalu, di mana pertumbuhannya mencapai 1.512,15%.
Sementara jika dari sisi harga, ia menyebut, kontrak timah secara keseluruhan mencatatkan pertumbuhan harga paling signifikan. Kontrak timah tujuan ekspor (TINPB) secara rata-rata naik 61%, dan kontrak timah tujuan dalam negeri (LTINPB) tercatat naik rata-rata 78%.
Bahkan, kata Lamon, harga timah ICDX tercatat mencapai harga tertinggi dalam dekade terakhir di US$ 34.810 per ton, lebih tinggi dari London Metal Exchange. Kenaikan harga tersebut mengikuti kenaikan harga timah dunia seiring pemulihan ekonomi yang cepat di beberapa negara yang mendorong permintaan barang elektronik naik.
“Dengan pengembangan mobil listrik yang semakin masif juga ikut mengangkat permintaan timah sebagai bahan baku baterai. Gangguan pasokan, di mana Covid memengaruhi eksportir timah Asia, juga berperan dalam kenaikan harga,” kata Lamon.
Ke depan, Lamon percaya kinerja ICDX bisa terus membaik. Pasalnya, nilai transaksi multilateral ICDX telah mencapai jumlah yang cukup besar dalam kontrak mikro. Pada semester-1 2021, volume kontrak GOFX ICDX telah mencapai 97% dari total volume yang dicapai pada tahun lalu.
Menurutnya, masih ada ruang untuk perbaikan lebih lanjut sehingga bisa mencapai target pada akhir tahun ini. Untuk perdagangan multilateral, Lamon optimistis ICDX dapat membukukan setidaknya dua kali lipat dari pencapaian tahun sebelumnya. Guna mencapai target tersebut, ICDX juga berencana untuk menambah tujuh pialang lagi pada tahun ini.
Apalagi, dari sisi investor, Lamon menyebut, ada perubahan perilaku investasi dalam masyarakat. Jutaan masyarakat di dunia yang sebelumnya belum pernah melakukan trading, kini telah membuka akun trading electronics, termasuk di antaranya adalah mereka yang ingin memanfaatkan peluang dari Perdagangan Berjangka Komoditi (PBK).
Dengan hampir semua sektor mengalami volatilitas yang tinggi dalam beberapa tahun terakhir. Hal ini pada akhirnya memberikan peluang diversifikasi portofolio keuangan baru bagi investor Indonesia dan internasional.
“Melalui program sosialisasi dan edukasi mengenai produk derivatif komoditas yang dilakukan ICDX, kami berharap investor Indonesia dapat mengikuti contoh dari investor internasional, dan karenanya kami memproyeksikan pertumbuhan transaksi akan terus positif,” imbuh Lamon.
Selanjutnya: Tidak lama lagi, Kemendag akan meluncurkan bursa kripto
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News