Reporter: Noverius Laoli | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Periode Januari hingga Agustus 2020, PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) mencatat adanya penurunan trafik baik untuk penumpang maupun kargo yang diangkut masing-masing sebesar 72% dan 50% jika dibandingkan dengan tahun lalu.
Disamping itu, GIAA juga mengalami penurunan produksi domestik sebesar 55% dan internasional sebesar 88% dari tahun lalu. Padahal, kontribusi kegiatan operasional tersebut mencapai 51%-75% terhadap total pendapatan perusahaan penerbangan ini.
Dengan demikian, Garuda Indonesia memprediksi akan ada penurunan pendapatan hingga 51%-75% sampai tutup tahun ini dengan penurunan laba bersih lebih dari 75%.
Guna mempertahankan dan meningkatkan kinerja keuangan GIAA di kondisi buruk seperti ini, ada sejumlah rencana strategis baik dari sisi keuangan dan operasional yang dilakukan.
Baca Juga: Dari GIAA, BULL Hingga Duo Indofood, Ini Emiten yang Ketiban Berkah Minyak Murah
Dari aspek keuangan, Garuda Indonesia berupaya menjaga likuiditas perusahaan. Perusahaan juga telah melakukan upaya optimalisasi operasional guna menyelaraskan supply dengan market demand melalui beberapa langkah insiatif sebagai berikut:
Pertama, melakukan negosiasi dengan lessor untuk penundaan pembayaran sewa pesawat (lease holiday). Kedua, memperpanjang masa sewa pesawat untuk mengurangi biaya sewa per bulan. Ketiga, mengusahakan financing dari perbankan dalam dan luar ataupun pinjaman lainnya.
Keempat, menegosiasikan kewajiban GIAA yang akan jatuh tempo dengan pihak ketiga. Kelima, melakukan program efisiensi biaya dengan tetap memprioritas keselamatan dan keamanan penerbangan dan pegawai serta layanan.
Baca Juga: Operasional Garuda Indonesia membaik, saham GIAA masih direkomendasikan jual
"Diskusi intensif dengan Pemerintah selaku Pemegang Saham Perseroan guna memperoleh dukungan yang diperlukan Perseroan," beber Manajemen GIA dalam keterbukaan informasi, Rabu (16/9).