kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.508.000   10.000   0,67%
  • USD/IDR 15.930   -61,00   -0,38%
  • IDX 7.141   -39,42   -0,55%
  • KOMPAS100 1.095   -7,91   -0,72%
  • LQ45 866   -8,90   -1,02%
  • ISSI 220   0,44   0,20%
  • IDX30 443   -4,74   -1,06%
  • IDXHIDIV20 534   -3,94   -0,73%
  • IDX80 126   -0,93   -0,74%
  • IDXV30 134   -0,98   -0,72%
  • IDXQ30 148   -1,09   -0,73%

Tips Cuan Tapi Tetap Aman ala Eddy Japarto, Presiden Komisaris Hoffmen Cleanindo


Sabtu, 05 Agustus 2023 / 07:05 WIB
 Tips Cuan Tapi Tetap Aman ala Eddy Japarto, Presiden Komisaris Hoffmen Cleanindo


Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Cuan namun tetap aman menjadi prinsip berinvestasi Eddy Japarto. Landasan berpikir tersebut telah mengiringi kisahnya dalam berinvestasi.

Eddy menyadari bahwa berinvestasi itu tentunya untuk mendapatkan keuntungan. Tetapi keuntungan tidak akan berarti, jika harus dibayangi terus oleh perasaan was-was.

Maklum, pria yang menjabat sebagai Presiden Komisaris PT Hoffmen Cleanindo Tbk (KING) ini mengaku bukan termasuk tipe investor yang selalu memantau pergerakan pasar. Baginya kenyamanan adalah nomor satu dengan cara memilih saham-saham yang punya reputasi terpercaya terlebih dahulu.

Eddy memang memulai investasinya di pasar saham pada tahun 2007. Saham menjadi instrumen investasi awal yang dicicipinya supaya uang tetap berputar, ketimbang hanya menaruh aset di bank.

Baca Juga: Momentum Investasi Arloji Mewah

Sebagai pemula, dia tidak mematok ekspektasi yang begitu tinggi dalam berinvestasi saham. Periode satu hingga dua tahun menjadi fase belajar untuk mengetahui lebih dalam potensi untung ataupun rugi berinvestasi.

Menurut Eddy, penting bagi investor pemula untuk memprioritaskan kehati-hatian terlebih dahulu. Minimal memilih saham perusahaan dengan kapitalisasi besar (big caps) atau setidaknya mengetahui prospek jasa maupun layanan dari perusahaan tersebut.

Dana investasi juga harus berasal dari uang yang telah disisihkan, dan bukannya termasuk dana untuk kebutuhan bulanan. Ini penting agar tidak mencampuri dana kehidupan sehari-hari.

Seiring berjalannya waktu, pengetahuan Eddy terus bertambah dalam mengerti seluk-beluk pasar saham. Dia jadi lebih paham untuk melihat saham-saham potensial dan bagaimana caranya mengukur risiko.

Baca Juga: Jangan Sampai Alami Rugi Besar, Cek Kiat dari Warren Buffett

Pria 42 tahun ini juga mulai menyadari pentingnya diversifikasi aset untuk memperbanyak sumber keuntungan sekaligus meminimalisir potensi rugi di hanya satu keranjang investasi. Eddy mencoba peruntungan lewat investasi komoditas salah satunya emas pada tahun 2010.

Hanya saja, investasi komoditas tidak berlangsung lama. Eddy sudah terlanjur kepincut dengan pasar saham dengan bekal pengetahuan yang sudah dipahami. Lagi pula, instrumen investasi yang memanfaatkan fluktuasi harga diakui tidak cocok baginya yang tidak punya cukup waktu untuk memantau gerak harga komoditas.

Eddy masih nyaman menempatkan dananya di pasar saham. Bedanya, volume dana investasi perlahan terus dipertebal, sambil melirik saham-saham potensial lainnya.

Keuntungan bagi Eddy adalah sesuatu yang tidak bisa digenggam karena selama dana belum ditarik maka untung masih punya kesempatan berbalik arah. Namun, perusahaan dengan fundamental kuat diyakini akan tetap kokoh berdiri kalau jatuh dalam sekalipun.

Menurut Eddy, memang banyak orang justru salah kaprah dalam berinvestasi. Ketika keuntungan sudah naik 1% atau 2%, banyak yang langsung menjualnya. Sebaliknya ketika kerugian sudah turun sangat dalam, hanya ada sedikit yang berani menyetop investasi.

“Investor malah takut akan untung, namun berani rugi,” imbuh Eddy kepada Kontan.co.id, belum lama ini.

Baca Juga: Robert Kiyosaki Bocorkan 4 Keputusan yang Diambil & Membuatnya Kaya Raya

Eddy mengungkapkan saat ini sekitar 80% dananya sudah dialokasikan untuk saham. Sisanya, sekitar 20% dialokasikan pada investasi jam tangan mewah.

Namun, Eddy mengingatkan tidak semua jenis merek ataupun tipe tertentu bakal dihargai selangit karena nilai dari jam tangan mewah diukur dari tingkat kelangkaannya dan seberapa besar minat pasar. Sejauh ini, Rolex masih menjadi brand nomor wahid yang paling diminati dan aktivitas jual belinya lancar di pasar sekunder.

Dia mencontohkan, harga Rolex Daytona saat ini sudah berkisar Rp 1 miliar. Kisaran harganya terus naik dari sekitar Rp 500 juta pada tahun 2021. Jadi selain bisa mendongkrak gaya penampilan dan fungsinya sebagai pengingat waktu, jam tangan mewah juga bisa hasilkan cuan.

“Sudah dipakai gratis, gengsi naik, dijual pun untung,” kata Eddy.

Eddy melihat bahwa besarnya keuntungan dan risiko akan terus berjalan beriringan. Lulusan Universitas Bina Nusantara (Binus) jurusan akuntansi tahun 2004 ini menempatkan dirinya sebagai investor yang moderat, tidak cukup agresif dan tidak pula konvensional.

Saham memang termasuk instrumen berisiko tinggi, tetapi pendekatannya secara hati-hati meminimalisir potensi rugi yang ada. Itulah yang menjadi rahasia Eddy Japarto bisa menjalankan investasi yang menghasilkan cuan namun tetap aman.
 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×