kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.942.000   6.000   0,31%
  • USD/IDR 16.395   -20,00   -0,12%
  • IDX 6.907   -61,50   -0,88%
  • KOMPAS100 997   -14,27   -1,41%
  • LQ45 765   -9,88   -1,28%
  • ISSI 225   -2,18   -0,96%
  • IDX30 397   -4,54   -1,13%
  • IDXHIDIV20 466   -5,69   -1,21%
  • IDX80 112   -1,62   -1,42%
  • IDXV30 115   -1,15   -0,99%
  • IDXQ30 128   -1,29   -0,99%

Tip biar tetap jadi jagoan meski agak tiarap


Kamis, 28 Mei 2015 / 10:10 WIB
Tip biar tetap jadi jagoan meski agak tiarap
ILUSTRASI. Kacang almond


Reporter: Andri Indradie, Herry Prasetyo, Merlina M. Barbara, Tedy Gumilar | Editor: Tri Adi

Seorang kawan, suatu kali pernah mengirimkan pesan via aplikasi Whatsapp. Isinya, mengutip pendapat Paulus Bambang W. Santoso, Direktur Utama PT United Tractors Tbk mengenai kondisi ekonomi pada tahun 2015. Pesan yang tergolong petuah bijak itu pun menyebar di blog-blog maupun beragam media sosial.

“Optimisme mendadak terhenti. Pesimisme mulai bersemi. Itulah situasi yang sedang kita hadapi di ekonomi riil bangsa kita,” begitu Paulus memulai tulisannya. Lewat tulisan tersebut, dia menegaskan, bukan bermaksud sok berlagak menjadi seorang ekonom atau berniat menakut-nakuti. Atau, jauh dari harapannya ingin membikin ekonomi tiba-tiba bergairah. Tapi, bagaimana mempersiapkan diri agar tetap bertahan saat krisis terjadi.

Pertama, perketat pengeluaran. Tunda yang tidak perlu, kurangi yang perlu, dan batalkan yang hanya berupa keinginan. Kedua, lunasi utang secepatnya. Ketiga, alokasikan tabungan ke sumber pendapatan yang terdiversifikasi dengan baik, entah itu deposito, saham, tanah, properti, atau mata uang asing.

Keempat, berani cut loss ketika investasi sudah menurun, misalnya di properti atau saham. Kelima, jangan paranoid dan panik. Tetap optimis meski selalu waspada. Perbanyak uang cash dan tabungan likuid. “Karena saat kondisi makin memburuk, Anda bisa membeli aset dengan harga sangat miring,” tandasnya.

Pandangan dan petuah bijak Paulus tersebut tentunya sesuai konteks ekonomi Indonesia saat ini. Kalau melihat rapor pertumbuhan ekonomi per kuartal I 2015, kita sedang menghadapi perlambatan ekonomi dan laju inflasi yang bergerak naik. Kondisi ini turut memukul portofolio investasi, mulai dari saham, surat utang hingga reksadana.

Nah, nasihat Paulus tadi bisa juga digunakan para investor dalam menyikapi tren penurunan pasar reksadana sejak awal tahun ini.  Memang, duit investor reksadana dikelola oleh Manajer Investasi (MI). Cuma, investor tidak boleh pasif dan menyerahkan nasib dana investasinya kepada para pengelola reksadana itu.


Dua pilihan

Dari beragam produk investasi, menurut Presiden Direktur Samuel Asset Management Agus B. Yanuar, reksadana masih mendatangkan imbal hasil tertinggi. Ini terbukti dari rekam jejak berbagai produk investasi dalam 10 tahun terakhir, antara tahun 2004–2014. Dalam 10 tahun, rata-rata tingkat inflasi alias kenaikan harga-harga barang sekitar 7,3%. Meskipun instrumen investasi dollar AS tahun lalu memberi imbal hasil lumayan, imbal hasilnya dalam 10 tahun terakhir rata-rata cuma 3,6%.

Deposito cukup menarik, imbal hasilnya sedikit di atas inflasi, yaitu rata-rata 7,4%. Sedangkan beragam jenis reksadana memberikan imbal hasil lebih besar. Reksadana pendapatan tetap rata-rata mencatat imbal hasil 7,8% dan reksadana campuran 12,2%. Bahkan, reksadana saham mencetak cuan 17% atau paling tinggi di antara jenis reksadana yang lain.

Lain lagi dengan imbal hasil emas atau properti. Rata-rata imbal hasil emas setahun mencapai 13,9% dalam 10 tahun terakhir. Sementara properti, menurut Chen Indrawati, pengusaha sekaligus investor reksadana, bisa mendatangkan yield 30%–40% dalam setahun. “Dalam 10 tahun ini, imbal hasil properti bisa  di atas 300%,” imbuhnya.

Nah, bagaimana kondisinya tahun ini di tengah tren kenaikan angka inflasi dan perlambatan pertumbuhan ekonomi? Apa yang harus dilakukan investor reksadana? “Pilihannya cuma dua: redemption atau diversifikasi,” tukas Chen.

Redemption maksudnya adalah semua uang di reksadana diambil, lantas dipindahkan ke jenis instrumen investasi yang lain, seperti properti atau deposito. Adapun diversifikasi adalah memperbanyak koleksi jenis reksadana. Artinya, uang yang sudah ada di produk reksadana dibiarkan. Sembari menambah sedikit demi sedikit (top up) di level bawah, seperti strategi Daniel Saputro, perlu belanja produk-produk reksadana baru sebagai alternatif investasi lain. Ini yang disebut sebagai diversifikasi.

Maylaffayza Permata Fitri Wiguna, musisi alias vionilis yang menggenggam reksadana Panin Dana Maksima, Panin Dana Unggulan, Schroder Dana Prestasi, dan beberapa reksadana pasar uang, juga bersikap sama. Ia berpendapat, penting bagi investor tetap tenang dan konsisten dengan tujuan investasinya. “Kembali lagi: dont put your eggs in one basket,” tegas dara yang akrab dipanggil Fayza ini.

Chen menambahkan, evaluasi terhadap investasi di produk reksadana juga harus dilakukan di samping harus memperhatikan kualitas MI. Lihat kredibilitasnya, siapa saja dan bagaimana direksinya, berapa dana kelolaannya, dan sebagainya.

Prihatmo Hari Mulyanto, Direktur Utama Danareksa Investment Management, punya sudut pandang lain. Menurutnya, investor reksadana jangan mudah terpengaruh oleh fluktuasi. Jika mudah terpengaruh dan kurang memahami sifat investasi di reksadana, tak ubahnya berlaku seperti trader di bursa saham.

Seperti Chen, investasi di reksadana seharusnya sudah punya beberapa prinsip. Contohnya, menentukan tujuan investasi, mengenali risiko profil diri, dan konsisten dengan horizon investasi. Misalnya, sejak awal sudah menentukan investasi di produk reksadana saham agar dana bisa dipakai lima tahun lagi. “Jika mudah panik, sebenarnya tak beralasan karena toh dananya akan dipakai lima tahun lagi,” tandas Prihatmo.    

• Maylaffayza Permata Fitri Wiguna
Musisi, investor reksadana

Sekarang ini memang bukan kondisi yang ideal dan saya harapkan. Namun, saya masih percaya potensi jangka panjang dari reksadana.

Untungnya, saya masih memiliki reksadana pendapatan tetap sehingga tidak semua jenis reksadana yang saya miliki kinerjanya turun.  Saya juga masih percaya dengan manajer investasi saya. Jadi belum melakukan switching atau redemption (penarikan).

Pelajaran yang bisa diambil dari kondisi ini adalah: don’t put your eggs in one basket. Sebelumnya saya berpikir bahwa dengan berinvestasi di beberapa jenis reksadana maka saya sudah mempunyai beberapa basket. Tapi, ternyata pada kondisi seperti ini, saya perlu mencari keranjang lain di luar reksadana.


• Daniel Saputro
Investor reksadana, konsultan manajemen

Investor yang sudah menginvestasikan uangnya dalam keadaan seperti ini, tahan saja. Nanti juga kinerjanya akan naik lagi. Jangan dijual, nanti malah rugi. Kalau saya, walaupun Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turun dari 5.500 ke 5.200, saya akan menahannya dulu.

Tetapi jika belum masuk, saya akan membeli dengan harga di bawah dan melakukannya secara bertahap. Misalnya, sekarang melakukan investasi pada level IHSG 5.200 sebesar 20%. Lalu, pada level 5.000 masukkan 20% lagi.

Sekarang semua proyek infrastruktur perlahan mulai berjalan. Saya optimistis, pertumbuhan ekonomi akan lebih baik dan menopang kinerja reksadana. Menurut saya, reksadana saham akan naik 20% dan untuk indeksnya ke 6.000–6.400.


• Prihatmo Hari Mulyanto
Direktur Utama Danareksa Investment Management

Investor reksadana janganlah terpengaruh fluktuasi. Investor sering kali salah kaprah dan kurang mengerti sehingga malah bertindak sebagai trader. Hal ini tidak perlu. Seharusnya sudah punya patokan sejak awal berinvestasi.

Misalnya, sudah menentukan investasi di reksadana saham yang dananya akan digunakan 5 tahun lagi. Ketika dalam waktu dekat terjadi gejolak dan indeks turun, investor tidak mudah panik. Kalau panik, tidak beralasan. Karena, toh dananya dipakai lima tahun mendatang.

Sejauh investor bisa konsisten dengan jangka waktu investasi yang dia pilih, tidak usah khawatir. Nanti indeks bakal naik juga. Kalau butuh dana untuk jangka pendek, maka bermainlah di reksadana pasar uang yang risikonya tidak besar.


• Agus B. Yanuar
Presiden Direktur Samuel Asset Management

Investor ritel sekarang sudah pintar. Mereka tahu bagaimana evaluasi dan diversifikasi. Tahun ini, saya memperkirakan, mereka tak akan mengurangi dana. Namun, akan menahan diri membeli produk-produk baru reksadana saham dan cenderung ke reksadana baru jenis pendapatan tetap. Lain soal dengan investor institusi. Jenis investor ini sudah well informed dan biasanya minimal punya empat jenis sampai lima jenis produk reksadana.

Kami masih memprediksi, pertumbuhan ekonomi sampai akhir tahun ini hanya mendekati 5%, yaitu di kisaran 4,9% – 5,1%. Menurut saya, kuncinya ada di belanja pemerintah. Kebijakan pemerintah yang baru ini sudah bagus karena mengalihkan subsidi ke sektor produktif. Tapi, tentu kita harus mengawasi. Semakin cepat proyek jalan, makin baik.


• Rudiyanto
Head of Operation and Business Development Panin Asset Management

Fluktuasi kondisi market merupakan bagian dari perjalanan. Toh, juga akan naik lagi. Saya pikir terlalu berlebihan jika dikatakan jelek atau buruk. Jadi, tidak benar pemakaian istilah jelek atau buruk.

Untuk para investor, agar berinvestasi sesuai dengan tujuan keuangan. Jika ingin berinvestasi jangka panjang, maka reksadana saham yang paling tepat. Tahun ini, dari sisi industri, diperkirakan naik 15%–20% dibandingkan akhir tahun lalu. Untuk saat ini, reksadana konvensional naik 21%.

• Chen Indrawati
Investor reksadana

Sebelum memulai investasi, sejujurnya saya selalu menentukan dulu apa tujuan berinvestasi, termasuk di produk reksadana. Misalnya, untuk biaya pendidikan anak atau uang pensiun. Yang jelas, perlu diingat, investasi reksadana memang memberi imbal hasil maksimal jika horizon investasinya jangka panjang, minimal lima tahun.

Untuk investasi reksadana, lebih baik membeli sedikit demi sedikit ketimbang beli dalam jumlah banyak sekaligus (lump sum). Kalau beli sedikit demi sedikit, risikonya lebih kecil. Yang harus diperhatikan, lihat kredibilitas MI: siapa saja direksinya, berapa dana kelolaannya, dan bagaimana rekam jejaknya terhadap imbal hasil yang dihasilkan. Lalu, disiplin dan evaluasi setiap enam bulan sekali uang Anda di reksadana. Jangan lupa “membaca” kondisi ekonomi makro. Kalau situasi sulit, Anda harus segera evaluasi!

Laporan Utama
Mingguan Kontan No. 35-XIX, 2015

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Owe-some! Mitigasi Risiko SP2DK dan Pemeriksaan Pajak

[X]
×