Reporter: Anna Suci Perwitasari | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Timah Tbk akan mengembangkan teknologi terbaru dalam pengolahan dan pemurnian mineral yakni mengolah ore timah kadar rendah dengan menggunakan teknologi EPCC TSL Furnace Ausmelt 40.000 crude tin yang dibangun di Muntok Bangka Barat.
Pembangunan tanur pengolahan pemurnian dengan kapasitas 40.000 ton ini akan dikerjakan oleh PT Wijaya Karya Tbl (WIKA) yang pembangunannya bakal dimulai dalam waktu dekat.
Langkah pembangunan tanur baru dengan teknologi terbaru ini sebagai upaya perusahaan yang memiliki kode emiten TINS ini untuk mengolah cadangan tambang perusahaan di masa mendatang. Sebagaimana diketahui cadangan timah terus berkurang setelah ditambang sejak ratusan tahun lalu.
"Hari ini kami sudah kick off meeting dengan WIKA untuk pengerjaan proyek EPCC TSL Furnace Ausmelt 40.000 crude tin yang nantinya akan dilanjutkan dengan ground breaking pada 30 Januari ini," kata Direktur Operasi dan Produksi TINS Alwin Albar seperti dikutip dalam rilis yang diterima Kontan.co.id, Selasa (21/1).
Baca Juga: Simak rekomendasi analis untuk Timah (TINS)
Lebih lanjut Alwin bilang, jika hanya mengandalkan teknologi yang ada saat ini dengan kondisi cadangan timah aluvial yang sudah berkurang dikhawatirkan ke depan menjadi tidak ekonomis lagi. Dengan teknologi terbaru ini nantinya, bisa beroperasi untuk deposit ore timah batuan inti (primary rock) namun dengan kadar timah yang lebih rendah.
"Kami bangun ini karena masa depan mineral lebih sulit, kalau dulu Indonesia kaya sekali ini di permukaan saja ada timah. Tapi sekarang kondisi tidak sebanyak dulu. TINS mempersiapkan ini untuk mengolah mineral yang dari batuan, " kata dia.
Pengerjaan tanur dengan teknologi baru ini dibangun oleh WIKA sebagai bentuk sinergi BUMN. Ditambahkan Alwin, pembangunan smelter ini merupakan salah satu proyek strategis dari MIND ID.
"Dalam pelaksanaannya ini, kami sangat menekankan sekali soal safety dan kami percaya WIKA dapat menyelesaikan ini," tegas dia.
Direktur Operasional WIKA Bambang Pramojo menambahkan, rencananya proyek ini akan diselesaikan dalam waktu 19 bulan sehingga tahun 2021 sudah bisa dioperasionalkan.
"Kami bangga menjadi bagian dari mewujudkan mimpi besarnya PT Timah untuk menjadi produsen timah no 1 di dunia, dan proyek ini cukup menjadi tantangan bagi kami karena harus diselesaikan dalam 19 bulan dengan standar kualitas yang bagus dan standar safety, dan ini bukan waktu yang lama. Tapi kami yakin dengan kerjasama semua pihak ini dapat diselesaikan," lanjut dia.
Baca Juga: Timah menjadi komoditas logam industri dengan kinerja terburuk di tahun 2019
Bambang menjelaskan, keberhasilan pembangunan proyek ini harus didukung oleh semua pihak. Ditambah dengan penggunaan teknologi ini harus dilakukan sistem engineering yang dalam penyelarasannya membutuhkan kerjasama yang tinggi.
"Teknologi kami akan menggunakan ausmelt australia autotech sudah cukup dikenal, kunci utama di teknologi. Teknologi kami konsepkan dengan detail engineering karena ini udah edisi dan ini harus urut dan ini yang sering menghambat. Waktu penyelarasan engineering ini penting kerjasama dari dua belah pihak dan memerlukan waktu yang panjang," pungkas dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News