Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga gas amonia yang tinggi masih mendukung kinerja PT Surya Esa Perkasa Tbk (ESSA) pada tahun 2023. ESSA juga telah melangkah jauh untuk menyediakan produk amonia biru.
Analis Sucor Sekuritas Andreas Yordan Tarigan dalam riset 11 November 2022 menyebutkan bahwa pasokan yang terbatas dan melonjaknya harga gas telah memaksa produsen amonia Eropa untuk menutup sebagian operasi mereka. Hal tersebut membuat harga amonia lebih tinggi karena pasokan mengering.
Emiten produsen amonia tersebut diuntungkan dari penghentian pasokan gas atas konflik Rusia dan Ukraina. Gangguan pasokan gas alam dan melonjaknya harga di Eropa telah memaksa produsen amonia untuk mengurangi ataupun menangguhkan operasi mereka.
Andreas menyoroti bahwa gas menyumbangkan 65% - 85% dari biaya produksi amonia. Hal ini membuat harga amonia meroket mengingat terbatasnya pasokan.
Di sisi lain, permintaan amonia tetap solid yang didukung oleh tingginya permintaan pupuk di tengah harga komoditas yang menguntungkan, terbantu pula daya beli dan penggunaan petani yang masih kuat.
"Perhatikan bahwa konflik yang semakin parah juga telah mengganggu pasokan amonia dari Rusia, produsen amonia terbesar kedua di dunia," tulis Andreas dalam riset.
Baca Juga: Surya Esa Perkasa (ESSA) Optimistis Target Pendapatan Tahun Lalu Terpenuhi
Andreas menambahkan, ada potensi kenaikan dalam produksi amonia. Potensi tambahan pasokan gas dari pengembangan Senoro tahap 2 juga akan memberikan peluang bagi ESSA untuk meningkatkan kapasitas produksi amunisinya.
Saat ini, ESSA telah mencapai tingkat utilisasi 120% di kuartal III-2022 dengan total kapasitas produksi tahunan 743 metrik ton.
Sebagai informasi tambahan, ESSA juga dalam waktu dekat menggelar penambahan modal tanpa memberikan hak memesan efek terlebih dahulu alias private placement.
ESSA akan menerbitkan saham dengan jumlah sebanyak-banyaknya 1,56 miliar saham biasa dengan nilai nominal Rp 10, atau dalam jumlah maksimal 10% dari jumlah modal ditempatkan dan disetor penuh.
Dana yang diterima ESSA melalui private placement akan digunakan untuk meningkatkan investasi pada anak perusahaan, yakni PT Panca Amara Utama.
PT Panca Amara Utama merupakan perusahaan yang menginisiasi produksi amonia milik ESSA.
Equity Analyst Pilarmas Investindo Sekuritas Desy Israhyanti melihat bahwa prospek ESSA masih akan prospektif di tahun 2023.
Kinerja ESSA bakal ditopang dari sisi harga amonia yang masih tinggi, imbas keterbatasan pasokan global.
Terlebih, amonia sepenuhnya di ekspor, sehingga kenaikan harga turut mempengaruhi kinerja keuangan ESSA. Dari sisi gas Liquified Petroleum Gas (LPG) juga realisasi harganya meningkat.
Sementara, produksi LPG terlihat hanya naik terbatas dibanding produksi amonia yang kenaikannya cukup besar di kuartal III-2022.
Baca Juga: Surya Esa Perkasa (ESSA) Ingin Produksi Blue Ammonia pada Tahun 2025
"Dominasi gas amonia memang untuk industri pupuk. Sementara, untuk gas LPG sendiri untuk bahan bakar dalam memasak ataupun industri konstruksi seperti steelworkshop sebagai bahan bakar las," kata Desy kepada Kontan.co.id, Selasa (10/1).
Analis Korea Investment Sekuritas Nicholas Kevin Muljono mencermati bahwa ESSA juga tengah menatap bisnis yang mengarah pada Energi Baru dan Terbarukan (EBT) dengan menyediakan amonia biru.
Setelah pengumuman proyek amonia biru pada Maret 2021, ESSA kini sedang dalam tahap pertama studi kelayakan untuk mengukur emisi Gas Rumah Kaca (GRK ).
Proyek amonia bebas CO2 ini diperkirakan akan mulai dibangun pada akhir 2023 dengan target operasi komersial pada tahun 2026.
"Penghasilan kas ESSA yang kuat dan tingkat gearing yang sudah rendah seharusnya menyediakan ruang bagi ESSA untuk berbelanja secara royal pada rencana amonia biru dan pembayaran dividen," ungkap Nicholas dalam riset.
Sementara, Desy menilai urgensi dari menggarap bisnis amonia biru memang sebagai bagian dari dukungan terhadap target dekarbonisasi yang memanfaatkan hydrogen dan nitrogen sebagai energi rendah emisi karbon di mana secara jangka panjang memiliki potensi yang besar.
"Kami juga melihat ini sebagai variasi produk serta integrasi bisnis ke bidang hilirisasi," ujar Desy.
Selain itu, Andreas mengingatkan bahwa bisnis amonia ESSA tidak rentan diterjang ketidakpastian. Pasalnya, ESSA menggunakan mekanisme atau perjanjian penetapan harga gas dengan pemasoknya, yang menghubungkan biaya gas dengan harga amonia, dan bukan indeks gas konvensional.
Mekanisme unik ini telah menempatkan ESSA pada posisi yang lebih kuat di tengah gejolak pasokan gas baru-baru ini dan melonjaknya harga gas secara global.
Perseroan bahkan berhasil meningkatkan margin bersih segmen amoniak menjadi 30% di kuartal III-2022 dari 0,4% di tahun 2021.
Baca Juga: Gelar Private Placement, Surya Esa (ESSA) Beli Saham Perusahaan Boy Thohir
Andreas bilang, penetapan harga gas ini juga akan membantu mengurangi risiko bagi perusahaan selama harga amonia lebih rendah karena biaya input gas mencerminkan harga amoniak ke harga dasar tertentu. Dengan demikian, ESSA lebih tahan terhadap volatilitas harga amonia.
Andreas menyarankan Buy saham ESSA dengan target harga di Rp 1.400 per saham.
Desy mekomendasikan Buy pada target harga Rp 1.300 per saham. Senada, Kevin juga menyarankan Buy saham ESSA di Rp 1.210 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News